Bobo.id - Pada hari Sabtu (2/10/2021) Pekan Olahraga Nasional (PON) XX dimulai dengan diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
PON kali ini cukup spesial karena untuk pertama kalinya diselenggarakan di wilayah Indonesia Timur yaitu Papua.
Pekan olahraga yang dimulai pertama kali pada tahun 1928 ini akan diselenggarakan dengan slogan "Torang Bisa!".
Slogan itu merupakan kata-kata khas yang digunakan masyarakat Papua.
Baca Juga: Pekan Olahraga Nasional XX Diselenggarakan di Papua, Ini Cabang Olahraga yang Dipertandingkan
Teman-teman tahu tidak apa arti dari kata "Torang Bisa!" itu?
Berikut akan dijelaskan tentang arti dari slogan serta arti dari dua maskot yang digunakan.
Arti Torang Bisa
Diketahui dari indonesia.go.id, frasa "Torang Bisa!" merupakan kata khas Papua yang diucapkan untuk memberi semangat juang pada para atlet.
Torang sendiri merupakan singkatan dari "kita orang".
Warna hitam disematkan pada kata "torang" untuk melambangkan harga diri dan untuk mempertegas kata tersebut.
Sementara pada kata "bisa", terdapat torehan warna merah yang melambangkan adanya energi, kekuatan, hasrat, keberanian, simbol dari api, dan pencapaian tujuan.
Selain slogan, pada perhelatan akbar olahraga nasional empat tahunan kali ini juga diperkenalkan dua maskot, yakni Kangpho dan Drawa.
Maskot Kangpho dan Drawa
Kangpho
Kangpho merupakan singkatan dari kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) yang merupakan satwa endemik di Papua.
Kanguru pohon itu merupakan hewan khas hutan di Papua.
Walau sama-sama satwa marsupial atau mamalia yang memiliki kantung di perut, kanguru pohon berbeda dengan kanguru yang ada di Australia, lo.
Secara fisik, kanguru pohon cenderung berwarna cokelat muda dengan rambut halus di seluruh tubuhnya.
Hewan ini juga memiliki ekor yang panjang dan di ekornya terdapat motif lingkaran seperti cincin dengan warna lebih cerah.
Pada bagian leher, pipi, dan kaki kanguru pohon, ada hiasan berwarna kuning keemasan.
Karena ciri fisiknya ini, kanguru pohon mendapat julukan mantel emas.
Sebagai maskot Kangpho digambarkan membawa obor PON dengan ikat kepala dan rumbai-rumbai di kepala dan pinggang.
Ikat dengan rumbai-rumbai di kepala merupakan lambang kebesaran untuk kaum laki-laki.
Sedangkan rumbai-rumbai di pinggang biasa dikenakan kaum perempuan yang melambangkan sambutan hangat dan penuh keakraban di tanah Papua.
Pada ikat pinggang dan ikat lengan Maskot Kangpho terdapat ukiran khas Papua yang terkenal di seluruh dunia.
Ukiran ini terkait dengan spiritualitas hidup dan penghormatan kepada nenek moyang yang selalu hidup dalam pikiran dan juga hati masyarakat Papua.
Maskot Kangpho juga memakai mahkota puncak salju sebagai ciri khas pegunungan Jayawijaya Papua yang bersalju abadi.
Drawa
Sementara itu, maskot Drawa pada PON XX Papua merupakan maskot berbentuk burung cenderawasih atau yang bernama latin paradisaea raggiana.
Cenderawasih merupakan jenis burung berkicau berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm atau genus Paradisaea.
Di dunia ini terdapat 30 jenis cenderawasih dan 28 jenis di antaranya berada di Papua.
Salah satu di antaranya adalah jenis apoda atau dikenal pula dengan sebutan cenderawasih ekor emas.
Jenis cenderawasih inilah yang sering kita jumpai karena dijadikan sebagai mahkota.
Tapi pada PON XX, masyarakat menolak untuk menggunakan mahkota cendrawasih sebagai cendera mata.
Hal itu dilakukan untuk mengurangi pemburuan pada burung tersebut.
Tali medali warna merah putih yang dikenakan sebagai kalung Drawa melambangkan kebersamaan memperebutkan medali dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca Juga: 6 Kebiasaan Ini Bisa Menurunkan Imunitas Tubuh, dari Kurang Tidur hingga Kurang Olahraga
Sedangkan tiga lingkaran di dalamnya menunjukkan klasifikasi medali emas, medali perak, dan medali perunggu.
Lalu warna kuning di kepala dan ekor adalah warna cenderawasih sebenarnya yang melambangkan semangat kehangatan dan kegembiraan.
Warna itu juga menunjukkan Papua sebagai tanah yang kaya raya.
Sedangkan obor yang dipegang oleh masing-masing maskot menunjukkan semangat yang kuat dan menyala-nyala bagai api untuk bertanding merebut prestasi dengan menjunjung tinggi sportivitas.
Sama dengan Kangpho, Drawa juga bermahkotakan dan memakai rumbai khas Papua.
Walau kedua maskot menggunakan jenis yang berbeda, makna yang dimiliki adalah sama.
PON merupakan pekan olahraga besar bagi bangsa Indonesia.
Berikut akan dijelaskan sedikit sejarah tentang PON yang kali ini diselenggarakan di Papua.
Sejarah PON
PON pertama kali diadakan pada 9 September 1948 yaitu tepat 3 tahun setelah Indonesia merdeka.
Acara tersebut pertama kali diselenggarakan di Kota Solo, Jawa Tengah.
Menariknya dari pembuatan PON, yaitu bersamaan dengan belum berhasilnya Indonesia untuk mengikuti Olimpiade pada tahun 1948.
Dengan dibuatnya PON, pemerintah saat itu berharap agar semangat para atlet yang gagal mengikuti olimpiade tidak menghilang.
Akhirnya PON pertama dilakukan dengan diikuti oleh 600 atlet dari 13 kota dan keresidenan.
Ada 108 medali yang diperebutkan pada 9 cabang olahraga.
Kesembilan cabang olahraga atau cabor yang diperlombakan pada saat itu adalah sepak bola, renang, bulu tangkis, basket, bola keranjang, tenis, panahan, dan pencak silat.
Baca Juga: Dibuat dari 6 Juta Ponsel Bekas, Ini Medali Olimpiade Tokyo 2020
Saat PON itu diselenggarakan, Indonesia masih dalam masa berjuang melawan Belanda dan kondisi ekonomi belum membaik.
Walau begitu semangat atlet dan penonton tidak hilang, sekitar 40.000 penonton setiap harinya memadati stadion untuk menyaksikan ajang olahraga tersebut.
Dari itulah hingga kini ajang olahraga ini tetap diselenggarakan di tempat yang berbeda-beda di seluruh Indonesia.
Nah, itu tadi makna dari slogan dan maskot pada acara PON XX yang diselenggarakan di Papua.
Teman-teman juga pasti sudah memahami tujuan PON diselenggarakan dari sejarah yang sudah dijelaskan.
(Penulis: Dandy Bayu Bramasta, Amirul Nisa)
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR