Bobo.id - Terinfeksi COVID-19 bisa menyebabkan beberapa perubahan dalam tubuh. Salah satu yang sering dilaporkan adalah napas jadi mudah terengah-engah.
Napas terengah-engah atau ngos-ngosan bisa mengganggu aktivitas. Hal itu karena akan sulit mengatur napas dan terkadang diiringi rasa tak nyaman pada dada.
Biasanya kita terengah-engah setelah melakukan aktivitas berat, seperti berolahraga, mengangkat barang berat, dan lain-lain.
Namun, penyintas COVID-19 mengatakan napas bisa terengah-engah walau hanya melakukan aktivitas ringan.
Misalnya, jalan ke kamar mandi, membersihkan kamar, naik dan turun tangga, yang sebenarnya adalah aktivitas sehari-hari.
Mengapa penyintas COVID-19 napasnya jadi mudah terengah-engah? Berikut adalah penjelasan tentang penyebab dan cara mengatasinya.
Penyebab Napas Mudah Terengah-engah Setelah COVID-19
Dilansir dari NHS yang dikutip dari Kompas.com, alasan kenapa penyintas jadi lebih gampang terengah-engah setelah terkena COVID-19 karena masih dalam fase pemulihan sakit.
Seperti diketahui, penyakit yang menyerang saluran pernapasan biasanya menyebabkan napas jadi terengah-engah.
Baca Juga: Setelah Terpapar COVID-19 jadi Cepat Lelah? Ikuti 8 Langkah Ini untuk Mengatasinya
Cara Mengatasi Napas Mudah Terengah-engah Setelah COVID-19
Meskipun penyintas sudah dinyatakan sembuh dan infeksi corona tidak lagi menular, napas terengah-engah setelah COVID-19 ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dikutip dari HSE, berikut beberapa cara mengatasi napas terengah-engah yang bisa dicoba:
1. Ketika tiba-tiba terengah-engah setelah beraktivitas, coba atur kembali napas agar tidak sesak.
Caranya dengan berhenti bicara, istirahatkan aktivitas, dan alihkan perhatian dengan melihat sekeliling.
2. Temukan posisi yang nyaman untuk membantu pernapasan lebih lega.
Pilih posisi yang bisa membuat otot bahu dan leher lebih rileks. Kita bisa duduk dengan mengistirahatkan siku di lutut atau lengan kursi, atau duduk membungkuk dengan menyandarkan kepala di kedua tangan di atas meja, atau berdiri dengan posisi tubuh yang sedikit dicondongkan ke depan.
3. Latih kontrol pernapasan dengan latihan pernapasan perut.
Latihan ini sebaiknya dilakukan ketika posisi tubuh sedang rileks dan napas tidak terengah-engah
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Mengapa Kuku Pasien COVID-19 Bisa Menyala di Bawah Sinar UV, Sudah Tahu?
Mengenal Long COVID
Menurut studi yang dilakukan, diperkirakan 10 hingga 30 persen dari pasien yang pernah terkena COVID-19 pasti mengalami gejala Long COVID.
Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab seseorang mengalami gejala Long COVID.
Namun, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko Long COVID, yaitu RNA (pembawa informasi genetik) virus yang tinggi di awal infeksi, antibodi tertentu, reaktivitas virus, dan riwayat penyakit tertentu.
Selain itu, gejala Long COVID ini juga membawa dampak pada kesehatan tubuh. Apa saja itu? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
1. Dampak Long COVID pada Paru-Paru
Gejala Long COVID yang menyerang sistem paru-paru bisa memberi dampak pada jaringan paru-paru.
Struktur paru-paru memang terlihat baik-baik saja, tetapi pasien yang mengalami Long COVID tidak bisa mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dengan baik.
Hal ini karena jaringan paru-paru banyak yang rusak dan tidak bisa memulihkan sistem kerja organ paru-paru seperti sebelumnya.
Baca Juga: Terinfeksi COVID? Ini Imbauan Dokter untuk Pasien COVID-19 yang Isoman Agar Lekas Sembuh
Tapi, dampak ini masih bisa diperbaiki meskipun tetap tidak bisa diperbaiki secara keseluruhan.
2. Dampak Long COVID pada Sistem Kekebalan Tubuh
Jika pasien COVID-19 sebelumnya mengalami gejala kritis dan berat, ketika sudah sembuh mereka akan mengalami efek autoimun yang lama.
Autoimun adalah penyakit ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Akibatnya, tubuh akan merasakan peradangan atau pembengkakan jaringan di bagian tubuh yang diserang.
Efek autoimun ini cukup lama hingga berbulan-bulan sejak pasien terinfeksi COVID-19.
Setelah itu, pasien yang sembuh dari COVID-19 dan sedang merasakan autoimun akan mengalami sindrom inflamasi multisistem.
Sindrom ini mengakibatkan peradangan di berbagai tempat yang berbeda, seperti jantung, paru-paru, ginjal, kulit, dan otak.
3. Dampak Long COVID pada Otak
Baca Juga: Pandemi COVID-19 Bisa Berubah Jadi Endemi, Ini Cara Pemerintah Indonesia Mempersiapkannya
Menurut penelitian, otak pasien yang sembuh dari COVID-19 dan mengalami Long COVID, bisa mengalami suatu gejala infeksi.
Infeksi ini memicu otak untuk memproduksi sel kekebalan tubuh secara berlebihan atau lebih dikenal dengan istilah mikroglia.
Akibatnya, tubuh pasien yang sembuh akan mengalami penuaan dan penurunan sel neuron yang ada di otak.
Jika gejala ini terjadi dalam waktu lama, maka bisa memengaruhi jumlah darah yang mencapai otak dan bisa mengalami kehilangan sebagian memori.
4. Dampak Long COVID pada Sistem Peredaran Darah
Dampak ini biasanya dirasakan oleh pasien yang sembuh ketika mereka sedang berolahraga.
Hal ini karena adanya kesalahan kerja pada sistem peredaran darah, sehingga mengganggu aliran oksigen ke otot dan jaringan tubuh lainnya.
Akibatnya, pasien yang mengalami Long COVID mudah mengalami kelelahan yang parah.
Penyebab lainnya kenapa sistem peredaran darah bisa terganggu adalah adanya pembekuan darah.
Gumpalan darah ini terbentuk ketika pasien masih mengalami COVID-19 dan bisa pecah dengan sendirinya.
Tapi pada pasien Long COVID, gumpalan darah ini tidak pecah dan bisa menghalangi aliran darah agar bisa beredar ke seluruh tubuh.
Nah, itulah beberapa dampak Long COVID yang dirasakan oleh pasien yang sembuh dari gejala COVID-19.
(Penulis: Mahardini Nur Afifah, Alinda Hardiantoro)
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR