Ada yang membuatnya sebagai wujud raksasa perkasa, raksasa kemayu atau raksasi, atau raksasa setengah binatang.
Butha adalah simbol jahat yang harus diperangi dari semesta, sekaligus keinginan jahat dalam diri manusia.
Walau sebenarnya ritual pembersihan alam cukup dilakukan dengan sesajen dan doa dari pemuka agama, namun ritual ogoh-ogoh tetap dilakukan.
Masyarakat Bali merasa lebih nyaman dengan adanya visualisasi simbol jahat tersebut.
Pada awalnya ogoh-ogoh dibuat dari jerami yang dibalut kertas.
Namun seiring berkembangnya zaman, ide pembuatan patung ogoh-ogoh menjadi lebih beragam.
Materi yang digunakan dalam pembuatan ogoh-ogoh pun menjadi lebih bervariasi.
Baca Juga: Apakah Bandara I Gusti Ngurah Rai Tetap Beroperasi Saat Nyepi?
Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu
Ogoh-ogoh bukanlah hal yang baru, namun sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu, tepatnya pada zaman Dalem Balingkang.
Meski begitu, ogoh-ogoh disebut baru benar-benar membumi pada 1990 saat dijadikan lomba pada Pesta Kesenian Bali.
Pada masa itu, ogoh-ogoh dipakai untuk kelengkapan Upacara Pitra Yadnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR