Peritonium adalah selaput dalam rongga perut sebagai penyaring. Peritoneum memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa berfungsi selayaknya ginjal.
Untuk melakukan prosedur cuci darah dialisis peritonial, pasien gagal ginjal harus dipasangi selang terlebih dulu dengan operasi, teman-teman.
Dokter akan membedah bagian di dekat pusar. Melalui bagian itu adalah nantinya akan dipasang selang khusus atau kateter.
Baca Juga: Tak Khawatir Lagi, 3 Langkah Sederhana Ini Ternyata Bisa Cegah Penyakit Ginjal, Sudah Coba?
Selang khusus tersebut akan ditempatkan di dalam rongga perut secara permanen (tetap).
Fungsi selang ini adalah untuk memasukkan cairan cuci darah yang dinamakan dialisat.
Darah dalam tubuh pasien akan tertarik keluar melalui selang ini dan ditampung di cairan cuci darah.
Setelah selesai, cairan cuci darah yang sudah mengandung zat sisa dialirkan ke kantong khusus yang kemudian dibuang. Cairan cuci darah ini kemudian diganti dengan yang baru.
Proses cuci darah dialisis peritonial ini bisa dilakukan di rumah (dengan seizin medis).
Cuci darah dialisis peritonial ini biasanya dilakukan empat kali sehari dengan waktu sekitar setengah jam.
Efek samping dari cuci darah dialisis peritonial adalah perasaan kembung pada perut, kegemukan, dan gangguan usus.
Nah, itulah pengertian dan proses cuci darah pada pasien gagal ginjal.
Mulai sekarang, mari kita senantiasa menjaga kesehatan ginjal kita dengan makan makanan bergizi, menjaga pola makan, dan olahraga.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Cleveland Clinic |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR