Bobo.id - Tagar Let The Earth Breath menjadi topik terkini di media sosial Twitter.
Bahkan hingga Jumat (15/4/2022) siang, tagar tersebut sudah mendampingi lebih dari 2,3 juta tweet dari masyarakat.
Diketahui, tagar Let The Earth Breath merupakan salah satu upaya pengingat untuk menyelamatkan kondisi Bumi yang kian kritis.
Salah satu cara mudah menyelamatkan Bumi yang banyak diperbincangkan warganet adalah menghapus e-mail.
Sebab, menghapus e-mail diduga bisa membantu mengurangi emisi karbon yang bisa menyebabkan pemanasan global. Benarkah seperti itu?
Penjelasan Ahli
Dilansir dari Kompas.com, pegiat keamanan digital Yerry Niko Borang mengatakan, perlu dipahami bahwa email disimpan di komputer-komputer yang khusus dinyalakan 24 jam per server.
Sementara itu, server tidak bisa hidup tanpa listrik. Beliau mencontohkan, satu server misalnya setara dengan pemakaian listrik 2 bola lampu 40 watt.
Namun, bagi Yerry Niko, penggunaan listrik untuk email masih kalah jauh daripada media sosial, misalnya Instagram dan TikTok.
Baca Juga: Mengapa Hewan Bisa Punah karena Pemanasan Global? Ini Hubungan Keduanya
Sosmed (sosial media) jauh menghabiskan listrik daripada email, menurut Yerry. Beliau mengatakan, penggunaan listrik ini tidak serta merta berpengaruh ke masalah ozon.
Pengaruh terhadap ozon sebenarnya melalui sumber listriknya, pembangkit listrik yang digunakan di masing-masing negara.
Pembangkit listrik yang ada di Asia seperti Tiongkok, India, hingga Indonesia yang menggunakan batu bara, berkontribusi menyebabkan polusi sehingga berpotensi merusak ozon.
Berbeda dengan Eropa dan AS, rata-rata lokasi server perusahaan IT sudah memakai energi hijau, berupa kincir angin, panel surya bahkan gas dan nuklir.
Energi hijau merupakan sumber energi yang berasal dari bahan-bahan yang relatif aman dan mempunyai dampak yang lebih kecil bagi lingkungan, daripada bahan bakar fosil.
Penggunaan bahan bakar fosil berdampak pada lapisan ozon karena menimbulkan emisi karbon.
Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon, seperti bahan bakar fosil.
Ketika bahan bakar fosil ini dibakar, mereka melepaskan gas karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya.
Kemudian, gas-gas tersebut akan memerangkap panas di atmosfer, dan menjadi penyebab utama perubahan iklim dan pemanasan global.
Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global berpengaruh pada beberapa kondisi lingkungan, seperti udara yang semakin panas hingga suhu di perairan.
Jumlah ikan yang berada di laut tropis mulai berkurang karena ikan berpindah ke perairan yang lebih dingin.
Kadar karbon dioksida di atmosfer juga bisa merusak zinc, zat besi, dan protein yang menjadi nutrisi manusia dari tumbuhan.
Penelitian ini disampaikan National Center for Biotechnology Information Amerika Serikat. Sedangkan, perubahan iklim juga menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman dan pertanian.
Dilansir dari National Geographic, perubahan iklim juga bisa meningkatkan risiko penyakit yang dapat ditularkan lewat air seperti kolera, demam tifoid, dan parasit.
Perubahan iklim juga berhubungan dengan pencemaran air yang berakibat buruk bagi manusia.
(Penulis: Dandy Bayu Bramasta, Grace Eirin)
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR