Bobo.id - Sejarah dan tradisi Lebaran Ketupat di masyarakat Jawa sudah terbentuk sejak lama.
Masyarakat Jawa umumnya mengenal dua kali pelaksanaan Lebaran, yakni IdulFitri dan Lebaran ketupat.
Tradisi ini sudah menyebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia bahkan ke luar negeri.
Sehingga hingga kini, tradisi Lebaran Ketupat masih terus dilestarikan.
Lantas, bagaimana ya awal mula tradisi Lebaran Ketupat ini? Yuk, kita cari tahu bersama.
Sejarah Lebaran Ketupat
Tahukah teman-teman, lebaran ketupat ini ternyata murni berasal dari Jawa, tepatnya sejak pemeritahan Paku Boewono IV.
Tradisi ini dikenalkan oleh Sunan Kalijaga yakni salah satu dari sembilan wali atau Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Di masyarakat Jawa, Lebaran ketupat dikenal dengan istilah Syawalan, di mana memang waktunya bertepatan dengan bulan Syawal.
Baca Juga: 10 Makanan Khas Lebaran di Berbagai Negara, Ada yang Manis hingga Gurih
Lebaran ketupat ini dilaksanakan tepat pada hari ketujuh pada bulan Syawal.
Tradisi ini muncul karena masyarakat Jawa yang dikenal dengan tingkat keagamaan yang tinggi.
Pada masyarakat Jawa, setelah salat Ied, mereka biasanya tidak pulang ke rumah, melainkan berkunjung dari rumah ke rumah untuk silaturahim ke sanak keluarga, saudara, hingga tetangga di lingkungan mereka.
Sehari setelah Idulfitri, umumnya masyarakat Jawa melaksanakan puasa sunnah bulan Syawal.
Puasa sunnah Syawal dilaksanakan sampai enam hari, setelah itu barulah mereka mengadakan acara halal bihalal dan Lebaran ketupat.
Tradisi lebaran ketupat menyebar ke luar tanah Jawa dibawa oleh orang-orang Jawa yang merantau ke luar pulau, bahkan ke luar negeri.
Makna Lebaran Ketupat
Tujuan dan makna Lebaran Ketupat adalah sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.
Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”.
Baca Juga: Ada Banyak Ketupat di Rumah? Ikuti Tips Ini Supaya Ketupat Tidak Cepat Basi
Sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat.
Tak hanya itu, bungkus ketupat yang dibuat dari janur kuning pun memiliki makna penolak bala bagi orang Jawa.
Sedangkan bungkus segi empat mencerminkan prinsip "kiblat papat lima pancer" yang bermakna, ke mana pun manusia menuju, pasti suatu saat kembali pada Allah.
Biasanya, ketupat disajikan bersama opor ayam dan sambal goreng.
Lebaran Ketupat di Gresik
Di Gresik, tradisi Lebaran ketupat dilaksanakan oleh warga di sekitar alun-alun Gresik, khususnya di Kampung Kauman.
Tradisi yang juga dikenal dengan nama Lebaran Kauman ini dilaksanakan setelah melakukan puasa Syawal selama enam hari berturut-turut.
Tradisi puasa Syawal diperkenalkan oleh ulama bernama Kiai Baka yang masih keturunan Sunan Giri.
Beliau meminta santrinya untuk mengikuti sunnah yang diajarkan Rasul dengan berpuasa Syawal selama enam hari.
Baca Juga: 7 Makanan Khas Lebaran dari Beras Selain Ketupat, Apa Saja?
Masyarakat akan bersukacita merayakan Lebaran seminggu setelah IdulFitri. Uniknya, Lebaran Kauman hanya dirayakan dalam semalam.
Setelah salat Magrib, warga akan saling mengunjungi dan menikmati hidangan ketupat dan lepet.
Tradisi ini menjadi puncak silaturahmi warga yang sudah berlangsung turun-temurun. Pada malam kupatan, banyak warga kampung lain yang juga berdatangan.
Lebaran Ketupat di Magelang
Sedangkan di Magelang, Rangkaian acara Hari Raya IdulFitri di Dusun Kauman, Desa Payaman, Magelang diisi dengan Festival Balon Syawalan.
Tradisi ini sudah berlangsung lama, sejak tahun 1980-an . Tradisi ini diadakan untuk memperingati Lebaran Ketupat.
Sekitar 150 balon udara tradisional yang akan diterbangkan sebagai tanda Syawalan.
Ada dua lokasi pelepasan balon udara. Pertama, di halaman depan Masjid Agung Kauman dan juga di lapangan dusun setempat.
Tema tiap tahun berganti-ganti, ada panitia membuat tema sesuai dengan momentum yang sedang hangat saat itu.
Nah, itulah tradisi lebaran kupat yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Jawa. Menarik, bukan?
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR