Bobo.id - Cacar monyet (monkeypox) kini banyak dibicarakan karena sudah menyebar dengan cepat di banyak negara.
Bahkan sudah ada 12 negara yang menyatakan mendapat kasus cacar monyet yang sebelumnya jarang terjadi.
Ke-12 negara tersebut sebagian besar ada di wilayah Eropa, seperti Inggris, Spanyol, Portugal, Jerman, Belgia, Perancis, Belanda, Italia, Kanada, dan Swedia.
Selain itu, ada juga beberapa kasus cacar monyet yang muncul di Amerika Serikat serta Australia.
Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, menyebut ada 50 kasus lain yang dicurigai sebagai kasus cacar monyet.
Selain itu WHO juga menyebut adanya kemungkinan kasus cacar monyet ini akan terus menyebar.
Apa Itu Cacar Monyet?
Dilansir dari WHO, cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit langka yang disebabkan virus monkeypox, bagian keluarga Orthopoxvirus.
Cacar monyet merupakan zoonosis, yakni penyakit yang menular dari hewan ke manusia.
Baca Juga: Fakta-Fakta Cacar Monyet, Wabah Penyakit Baru yang Menyebar di Eropa
Meski disebut cacar monyet atau monkeypox, virus ini tidak serta-merta berasal dari monyet.
Penyematan kata "monyet" lantaran pada 1958, virus ini pertama kali ditemukan pada monyet yang dipelihara untuk kepentingan penelitian.
Seseorang yang terinfeksi penyakit ini, biasanya akan muncul gejala klinis, seperti demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Orang yang terinfeksi juga bisa mengalami berbagai komplikasi medis, termasuk dehidrasi, infeksi bakteri, dan infeksi paru-paru.
Namun demikian, WHO menyebut infeksi cacar monyet sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala klinis yang bertahan kurang lebih dua hingga empat minggu.
Meski begitu teman-teman harus berhati-hati karena penyakit ini tidak hanya menular dari hewan ke manusia, tapi juga dari manusia ke manusia.
Bagaimana Cara Penularan Cacar Monyet?
Berdasarkan penjelasan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), cacar monyet adalah penyakit yang menular.
Penularan antara manusia dapat terjadi melalui kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi.
Adapun antar manusia, penularan seringnya terjadi melalui droplet, yakni cairan atau lendir yang berasal dari saluran pernapasan.
Baca Juga: Cacar Monyet Tengah Menyebar di 8 Negara, Ini Perbedaannya dengan Cacar Air
Melalui droplet, cacar monyet tidak dapat ditularkan dalam jarak jauh.
Sehingga, penularan via ini membutuhkan tatap muka dalam waktu yang cukup panjang.
Selain droplet, penularan juga dapat terjadi melalui cairan-cairan tubuh atau lesi luka.
ECDC mencatat, sejak 2018 ada tujuh kasus cacar monyet yang dilaporkan di Inggris, yakni pada 2021, 2019, dan 2018.
Kasus tersebut terjadi pada orang dengan riwayat perjalanan ke negara-negara endemi cacar monyet, seperti negara di kawasan Afrika Barat dan Afrika Tengah.
Namun, Mei 2022 ini adalah pertama kali rantai penularan di Eropa dilaporkan tanpa hubungan riwayat perjalanan.
Karena itu, kasus cacar monyet kali ini menjadi ramai dibicarakan karena ditemukan di wilayah non-endemik.
Bahkan banyak diantaranya terjadi pada orang tanpa adanya riwayat perjalanan ke wilayah endemik.
Kini WHO bersama negara-negara yang terdampak mulai melakukan pengawasan ketat untuk menemukan penyebab tersebarnya penyakit cacar monyet ini.
Baca Juga: Banyak Kasus di Eropa, Apakah Cacar Monyet Bisa Disembuhkan?
Selain itu, memasuki musim panas di berbagai negara dikhawatirkan penularan menjadi lebih cepat karena adanya banyak acara massal seperti festival dan pesta yang membuat banyak orang berkerumun.
Terlebih setelah pelonggaran COVID-19, masyarakat menjadi antusias untuk kembali melakukan aktivitas di keramaian.
Nah, itu tadi penjelasan tentang penyakit cacar monyet yang menyerang di beberapa negara dengan penyebab yang belum diketahui pasti.
(Penulis: Diva Lufiana Putri/Amirul Nisa)
Kuis! |
Negara mana saja yang terdampak penyakit cacar monyet? |
Petunjuk: Cek di halaman 1! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR