Petugas itu menggunakan petunjuk lalu lintas berupa lentera sebesar sangkar burung dengan tiga tanda.
"Stop" menggunakan warna merah, "Awas" menggunakan warna kuning, dan "Djalan" menggunakan warna hijau.
Nah, petunjuk lalu lintas ini diputar secara manual oleh petugas lalu lintas dan pengguna jalan baru bisa menyebarang kalau tanda "Stop" muncul.
Namun di masa kemerdekaan, mulai banyak mobil yang melintas di sekitar jalan raya Batavia, teman-teman.
Bahkan, untuk menyeberang jalan saja dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, yakni satu sampai dua menit.
Kepadatan jalan inilah yang kemudian membuat pengaturan lalu lintas untuk kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, dan pejalan kaki.
Baca Juga: 5 Hal yang Harus Ditaati Pejalan Kaki
Pemerintah Jakarta kemudian meletakkan petunjuk lalu lintas di persimpangan jalan yang ramai untuk menghindari kecelakaan.
Petunjuk lalu lintas itu termasuk zebra cross, yang saat itu disebut sebagai tanda hitam putih melintang.
Penggunaan zebra cross baru mulai banyak digunakan pada tahun 1960-an, lo, teman-teman.
Hal ini disebabkan karena Indonesia, terutama Jakarta bersiap untuk menjadi tuan rumah Asian games tahun 1962.
Nah, itulah sejarah zebra cross di dunia dan Indonesia. Semoga bisa menjawab rasa penasaran teman-teman, ya.
----
Kuis! |
Mengapa warna kuning dan biru disebut tidak efektif untuk penyeberangan jalan? |
Petunjuk: cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR