Bobo.id - Apakah teman-teman pernah mendengar suara gema atau gaung? Biasanya, kita bisa mendengar ini jika sedang berada di ruang yang lapang.
Sehingga, seakan-akan suara kita terpantul berulang-ulang kali. Tapi, kenapa suara bisa menghasilkan gema dan gaung, ya?
Apa saja penyebab dan bagaimana cara terjadinya, ya? Permasalahan ini akan dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) kelas 5 SD, Kurikulum Merdeka.
Tepatnya, pada bab 1: melihat karena cahaya, mendengar karena bunyi, topik bunyi dan sifatnya, halaman 27.
Nantinya, kita akan mengerjakan soal latihan dan mencari tahu apa kunci jawabannya, namun sebelumnya simak dulu materinya berikut ini.
Sumber bunyi bisa berasal dari benda padat, cair, atau gas sehingga menggetarkan udara di sekitar dan bunyinya mencapai indra pendengaran.
Selian itu, semakin cepat benda bergetar maka bunyi yang dihasilkan semakin keras.
Itu sebab mengapa, ada bunyi keras dan pelat, karena dipengaruhi oleh energi yang mengenai benda tersebut.
Untuk mengetahui lebih lanjut, kerjakanlah soalnya yang ada di buku. Apakah teman-teman sudah selesai mengerjakan soal-soalnya?
Kalau sudah, coba cocokkan dengan kunci jawaban di bawah ini, ya.
Mengapa kita tidak selalu mendengar gema atau gaung walaupun ada benda padat, seperti tembok di sekitar kita?
Baca Juga: Cara Mudah Menghitung Skala Peta, Lengkap dengan Rumus dan Contoh Perhitungannya
Jawaban:
Alasan kenapa kita tidak selalu mendengar gema atau gaung, meskipun ada benda padat seperti tembok sebagai medium rambat, dapat disebabkan karena beberapa hal berikut, yaitu:
1. Jarak
Karena jaraknya tidak terlalu jauh. Sebab, jika ingin terjadi gema atau gaung, sumber bunyi dengan obyek pantulan, seperti tembok harus cukup jauh.
Oleh karena itu, ruangan yang lebih kecil atau tidak ada perabotannya membuat suara yang kita hasilkan menjadi bergema atau bergaung.
Berbeda dengan ruangan yang lebih besar dan tidak ada perabotannya, suara yang dihasilkan pasti jadi bergaung atau bergema.
2. Perbedaan Material
Selain jarak, perbedaan material tembok atau perabotan dalam suatu ruangan juga memengaruhi terciptanya gema dan gaung.
Dinding dapat menjadi pemantul suara jika materialnya terbuat dari bahan yang licin, keras, padat, dan berat.
3. Bentuk Permukaan Dalam Ruangan
Gema dan gaung bisa lebih jelas terdengar jika bentuk ruangan tersebut bentuknya kubus atau balok.
Baca Juga: Cari Jawaban Materi IPAS Kelas 5 SD Kurikulum Merdeka, Apa Perbedaan Rambatan pada Bunyi dan Cahaya?
Sedangkan, bentuk ruangan yang seperti setengah lingkaran, tidak akan memicu gema atau gaung.
Karena, ruangan berbentuk kubus atau balok, suara lebih bisa dipantulkan secara acak.
Perbedaan Gema dan Gaung
Gema
Gema terjadi ketika sumber suara letaknya jauh dari penghalang atau dinding yang menjadi pantulan.
Jadi, gema bisa didengar ketika kita sedang berada di ruangan yang luas, tebing, atau gunung.
Selain itu, gema baru terdengar setelah sumber bunyi asli dihasilkan. Sehingga, kecepatannya suaranya lebih lambat.
Gaung
Gaung terjadi ketika sumber suara letaknya lebih dekat dari penghalang atau dinding yang menjadi pantulan.
Jadi, gaung bisa didengar ketika kita sedang berada di ruangan sempit. Hasil pantulannya pun akan langsung terdengar, padahal sumber bunyi belum berhenti.
Oleh sebab itu, pantulan gaung lebih mengganggu, karena membuat suara bertumpuk-tumpuk dengan suara asli.
Baca Juga: Algoritma: Pengertian, Fungsi, Ciri, dan Contohnya, Materi Informatika Kurikulum Merdeka
Sehingga, kecepatan gaung lebih cepat daripada gema, akibat sumber suara dan dinding pantulan lebih dekat.
Pembahasan dan jawaban ini bisa menjadi pemandu bagi orang tua dalam mendampingi anak selama belajar di rumah.
Sumber: Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial Kelas 5 SD, Kurikulum Merdeka, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
---
Kuis! |
Dari mana asal sumber bunyi? |
Petunjuk: Cek halaman 1! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | kemendikbud.go.id |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR