Bobo.id - Tahukah teman-teman siapakah Pahlawan Revolusi termuda yang gugur dalam peristiwa G30S.
Gerakan 30 September atau G30S merupakan salah satu sejarah kelam bangsa Indonesia.
Sebab, peristiwa tersebut telah gugur enam jenderal dan satu perwira TNI Angkatan Darat.
Ada tujuh perwira TNI AD yang gugur pada 1 Oktober 1965.
Tujuh perwira itu merupakan enam jenderal dan satu perwira korban G30S, yaitu:
1. Jenderal Ahmad Yani,
2. Mayjen R. Soeprapto,
3. Mayjen M.T. Haryono,
4. Mayjen S. Parman,
5. Brigjen DI Panjaitan,
6. Brigjen Sutoyo,
Baca Juga: Biografi Sutoyo Siswomiharjo, Pahlawan Revolusi Indonesia
7. Lettu Pierre Tendean.
Dari ketujuh korban, Lettu Pierre Tendean adalah Pahlawan Revolusi termuda.
Lettu Pierre Tendean gugur dalam peristiwa G30S saat usianya masih 26 tahun.
Yuk, kita simak profil selengkapnya dari Pahlawan Revolusi termuda, Lettu Pierre Tendean, teman-teman.
Profil Pahlawan Revolusi Pierre Tendean umumnya menjadi salah satu hal yang disorot ketika peringatan G30S.
Ia dikenal sebagai salah satu pahlawan revolusi termuda yang gugur dalam pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 30 September 1965.
Nama lengkapnya adalah Pierre Andries Tendean atau yang dikenal dengan Pierre Tendean.
Ia lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939 yang merupakan putra kedua dari tiga bersaudara.
Ayahnya adalah seorang dokter berdarah Minahasa bernama Dr. Aurelius Lammert Tendean, dan sang ibu adalah perempuan berdarah Belanda-Prancis, yaitu Maria Elizabeth Cornet.
Tahukah teman-teman bahwa Pierre Tendean memiliki cita-cita untuk menjadi seorang perwira militer.
Namun, cita-citanya sempat ditolak oleh orang tuanya, sebab ayah dan ibunya menginginkan Pierre Tendean menjadi seorang dokter mengikuti jejak sang ayah.
Baca Juga: Siapa Pembuat Monumen Pahlawan Revolusi yang Ada di Jakarta Timur?
Hingga akhirnya ia berhasil masuk di Akademi Militer Nasional dan mengambil jurusan teknik.
pada tahun 1962, ia berhasil menyelesaikan sekolah dan memulai karir di dunia militer.
Setelah lulus pendidikan, Letda Pierre Tendean ditugaskan sebagai Komandan Peleton di Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II Bukit Barisan, Medan.
Kemudian, pada tahun 1963, Letda Pierre Tendean mendapatkan kesempatan untuk masuk ke Sekolah Intelijen di Bogor dan menjalankan tugasnya sebagai intelijen di berbagai daerah.
Pada 15 April 1965, Pierre Tendean diangkat sebagai ajudan Jenderal A.H Nasution.
Namun sayang, Pierre Tendean gugur dalam peristiwa pemberontakan G30S.
Saat it, ia sedang berada di kediaman Jenderal A.H. Nasution ketika pasukan G30S datang.
Saat itu, Pierre Tendean berpura-pura sebagai Jenderal A.H. Nasution untuk menyelamatkan atasannya tersebut.
Dalam peristiwa itu, Pierre Tendean pun diculik.
Kemudian, ia dan enam perwira TNI AD lainnya gugur di Lubang Buaya.
Untuk menghargai keberanian dan jasanya, Pierre Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965.
Baca Juga: Siapa Saja Pahlawan Revolusi pada Peristiwa G30SPKI?
Selain menjadi Pahlawan Revolusi Termuda, Pierre Tendean juga diangkat menjadi seorang Kapten.
Sehingga gelar Lettu diubah menjadi Kapten, yang dikenal sebagai Kapten Pierre Tendean di buku-buku sejarah.
Selain itu, nama Pierre Tendean juga diabadikan menjadi nama jalan-jalan protokol di Manado, Balikpapan, Jakarta Selatan, dan banyak wilayah lainnya.
Nah, itulah profil Pahlawan Revolusi termuda, teman-teman.
Baca Juga: Perbedaan Pahlawan Revolusi dan Pahlawan Nasional Beserta Tokohnya
----
Kuis! |
Di usia berapa Kapten Pierre Tendean gugur? |
Petunjuk: Cek halaman 2! |
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR