Bobo.id - Paus biru adalah paus terbesar di lautan dan di Bumi dengan berat tubuh sekitar 180 metrik ton atau 180.000 kilogram.
Berat paus biru ini dapat mengalahkan ukuran dinosaurus yang dianggap sebagai hewan terbesar yang pernah ada.
Teman-teman pernah membayangkan tidak, kalau ukuran paus biru sangat besar, kira-kira berapa kali paus biru harus makan dalam sehari, ya?
Nah, karena ini pertanyaan menarik, maka Bobo akan mengajak kamu mengenal fakta unik paus biru dari penjelasan berikut. Yuk, simak!
Makan Lebih dari 3 Kali
Dilansir dari National Geographic, paus biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang tergolong dalam sub-ordo paus balin.
Sebagai hewan laut, paus biru hidup sedalam puluhan meter di bawah permukaan laut, sehingga kita tidak selalu tahu aktivitas dan cara makan mereka.
Namun, banyak penelitian telah menemukan fakta bahwa meskipun badannya raksasa, paus biru makan plankton berukuran kecil setiap hari.
Jangan salah, plankton kecil yang paus biru makan bisa mencapai 16 ton atau sekitar 16.000 kilogram dalam sehari, lo!
Banyak orang yang belum tahu, kalau paus biru bisa makan dengan rakus selama beberapa bulan, kemudian berpuasa selama sisa tahun.
Matthew Savoca, seorang National Geographic Explorer tertarik dengan kebiasaan makan paus biru ini, lalu menelitinya.
Baca Juga: Dikenal Sebagai Serangga Sosial, Ini Fakta dan Ciri-Ciri Lebah Madu #AkuBacaAkuTahu
Matthew tertarik dengan pemikiran, kira-kira berapa banyak sisa makanan yang diekskresikan oleh paus biru jika mereka makan sebanyak itu?
Kotoran paus adalah bagian penting dari produktivitas laut, karena menyediakan energi dan nutrisi bagi beragam organisme laut lainnya.
Cara Mencari Mangsa
Dengan teknologi pelacakan canggih dan penggunaan drone, Matthew dan rekan-rekannya meneliti paus balin di Samudra Atlantik.
Paus balin tersebut menggunakan bahan berbulu di rahang mereka untuk menjebak krill dan zooplankton.
Ternyata, dengan cara unik inilah, paus balin dapat makan lebih banyak plankton dan hewan kecil dari yang telah diperkirakan.
Seekor paus biru, seperti yang telah disebutkan di atas, ternyata bisa memakan rata-rata 16 ton plankton setiap harinya.
Sian Henley, seorang ilmuwan kelautan Universitas Edinburgh, mengatakan bahwa cara paus memakan plankton membuat ekosistem laut berjalan dengan baik.
Alasannya, dari 14 spesies paus balin, semuanya mempunyai peran penting memindahkan nutrisi seperti karbon, nitrogen, dan besi melalui kotoran mereka.
Besi dari kotoran paus digunakan oleh fitoplankton dan krill kecil untuk berkembang biak.
Artinya, semakin banyak paus makan plankton, semakin banyak kotoran yang dikeluarkan, maka semakin besar pula peran paus untuk melestarikan plankton.
Baca Juga: 5 Fakta Aneh Dunia Hewan yang Bisa Dijelaskan Sains, Sudah Pernah Baca?
Jenis-Jenis Plankton
Ada dua jenis plankton yang paling menonjol dan dikenal di lautan, yaitu zooplankton dan fitoplankton.
Zooplankton merujuk kepada organisme hewan kecil, sedangkan fitoplankton yang mirip tumbuhan.
Plankton juga berbentuk seperti jamur dan bakteri, bahkan di udara juga ada plankton yang bernama aeroplankton.
Fitoplankton sangat membutuhkan matahari agar bisa melakukan fotosintesis. Inilah mengapa mereka lebih mudah ditemukan mengapung di dekat permukaan laut.
Para ilmuwan menyatakan bahwa sekitar 50 persen produksi oksigen di Bumi berasal dari laut, dan kebanyakan merupakan peran dari fitoplankton ini.
Sementara zooplankton hidup di mana saja, namun juga lebih mudah ditemukan di permukaan air laut.
Contoh zooplankton yaitu kriil atau krustasea kecil atau krill yang merupakan sumber makanan paus.
----
Kuis! |
Mengapa kotoran paus berguna untuk laut? |
Petunjuk: Cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR