Perannya dalam mempertahankan Kesultanan Banten adalah melakukan sabotase dan perusakan kebun tebu milik VOC pada 1656.
Tak hanya itu, pasukan Banten juga membakar kampung-kampung yang dijadikan sebagai pertahanan Belanda.
Berkat kegigihannya, sejumlah kapal VOC serta beberapa pos penting berhasil dikuasai oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Sayangnya, semangat perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam menentang VOC kurang disetujui oleh sang putra, Sultan Haji.
Mengetahui hal ini, perwakilan Belanda, W. Caeff, berusaha mendekati Sultan Haji yang dianggap mudah dihasut.
Akibat hasutan Belanda, Sultan Haji membelot untuk bersekongkol dengan VOC dan menjadi musuh ayahnya sendiri.
Taktik Belanda ini disebut sebagai devide et impera atau taktik adu domba yang tujuannya untuk memecah belah keluarga kerajaan.
Perjanjian Sultan Haji dan VOC
Setelah membelot dan bekerja sama dengan VOC, Sultan Haji berusaha merebut kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa atas Kesultanan Banten.
Namun, sebagai imbalan membantu Sultan Haji mendapatkan kekuasaan Banten, Belanda mengajukan empat syarat, yakni:
- Cirebon diserahkan kepada VOC.
Baca Juga: 4 Teori Masuknya Islam ke Indonesia: Teori Gujarat, Persia, Mekkah, dan Tiongkok
Source | : | Kompas.com,Media Indonesia |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR