Bobo.id - Pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial Kurikulum Merdeka kelas 7 SMP, kita akan belajar tentang kehidupan masyarakat masa Islam.
Kehidupan masyarakat masa Islam ditandai dengan berbagai kerajaan Islam di Nusantara, salah satunya Kesultanan Banten.
Kesultanan Benten mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yakni tahun 1651-1682 Masehi, teman-teman.
Saat itu, Banten adalah pusat perdagangan lada yang dihasilkan di Banten dan lampung, cengkeh serta pala dari Maluku.
Meski begitu, pada masa kekuasaannya, Sultan Ageng Tirtayasa juga diwarnai oleh konflik internal.
Konflik internal di Kesultanan Banten terjadi akibat perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji, salah seorang putranya.
Lantas, bagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji? Kita cari tahu bersama, yuk!
Penyebab Konflik Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji
Penyebab utama konflik Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji adalah upaya Sultan Haji merebut kekuasaan dan bersengkokol dengan VOC.
Padahal, Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja di Nusantara yang menentang keras pendudukan VOC di Indonesia.
Pada 1652, Sultan Ageng Tirtayasa mengirimkan tentaranya untuk menyerang VOC di Jakarta yang kemudian berujung pertempuran.
Baca Juga: 6 Media Dakwah untuk Penyebaran Agama Islam di Indonesia, Perdagangan Hingga Tasawuf
Perannya dalam mempertahankan Kesultanan Banten adalah melakukan sabotase dan perusakan kebun tebu milik VOC pada 1656.
Tak hanya itu, pasukan Banten juga membakar kampung-kampung yang dijadikan sebagai pertahanan Belanda.
Berkat kegigihannya, sejumlah kapal VOC serta beberapa pos penting berhasil dikuasai oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Sayangnya, semangat perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam menentang VOC kurang disetujui oleh sang putra, Sultan Haji.
Mengetahui hal ini, perwakilan Belanda, W. Caeff, berusaha mendekati Sultan Haji yang dianggap mudah dihasut.
Akibat hasutan Belanda, Sultan Haji membelot untuk bersekongkol dengan VOC dan menjadi musuh ayahnya sendiri.
Taktik Belanda ini disebut sebagai devide et impera atau taktik adu domba yang tujuannya untuk memecah belah keluarga kerajaan.
Perjanjian Sultan Haji dan VOC
Setelah membelot dan bekerja sama dengan VOC, Sultan Haji berusaha merebut kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa atas Kesultanan Banten.
Namun, sebagai imbalan membantu Sultan Haji mendapatkan kekuasaan Banten, Belanda mengajukan empat syarat, yakni:
- Cirebon diserahkan kepada VOC.
Baca Juga: 4 Teori Masuknya Islam ke Indonesia: Teori Gujarat, Persia, Mekkah, dan Tiongkok
- VOC diperbolehkan melakukan monopoli perdagangan lada di Banten dan para pedagang lain harus diusir.
- Jika perjanjian dilanggar, Banten harus membayar 600.000 ringgit kepada VOC.
- Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan harus ditarik.
Meski perjanjian ini diketahui sangat melemahkan dan merugikan Kesultanan Banten, Sultan Haji tetap menerimanya.
Pertemupuran Sengit
Setelah perjanjian antara Sultan Haji dan VOC dilakukan, pertempuran antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji dimulai.
Pertempuran pun berlangsung sangat sengit karena Sultan Ageng Tirtayasa tidak berhenti melakukan perlawanan terhadap putranya yang dibantu VOC.
Namun, pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap oleh VOC dan dipenjara di Batavia sampai tutup usia pada 1692.
Setelah sang ayah ditangkap, keinginan Sultan Haji untuk naik takhta Kesultanan Banten pun berhasil tercapai. Ia berkuasa sejak 1683-1687.
Sayangnya, masa kekuasaan Sultan Haji menandai kemunduran Kesultanan Banten karena perjanjian dengan VOC sangat merugikan kerajaan.
Nah, itulah penjelasan terkait konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Semoga bisa bermanfaat untuk teman-teman, ya.
Baca Juga: Cari Jawaban IPS, Bagaimana Bentuk Peninggalan Masa Islam yang Masih Ada Hingga Sekarang?
----
Kuis! |
Kapan Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan dunia satwa? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo dan Mombi SD.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Source | : | Kompas.com,Media Indonesia |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR