Artinya, gempa yang memiliki kekuatan lima atau enam Skala Richter saja bisa menimbulkan kerusakan besar jika kedalamannya kurang dari 60 km.
Hal ini diketahui karena titik pusat terjadinya gempa dekat dengan permukaan tanah sehingga energi yang dilepaskan terasa kuat.
Berbeda dengan gempa bumi dalam yang getarannya relatif lebih lemah karena gelombang seismik harus merambat ratusan kilometer.
Kalau dilihat dari lokasi kejadiannya, gempa bumi dangkal yang terjadi di laut maupun di darat sama-sama memiliki potensi besar.
Gempa bumi dangkal yang terjadi di darat umumnya disebabkan oleh sesar aktif yang ada di darat, teman-teman.
Jika sesar aktif melintang di sepanjang permukiman padat, tentu saja jumlah korban dan kerugian material akan sangat besar.
Selain itu, gempa bumi dangkal di darat juga bisa disebabkan oleh aktivitas vulkanik dari gunung api.
Sementara itu untuk gempa bumi dangkal yang terjadi di laut, umumnya disebabkan oleh aktivitas zona subduksi dangkal.
Selain bisa menimbulkan kerusakan, gempa bumi dangkal di laut juga sangat berbahaya karena bisa memicu terjadinya tsunami.
Meskipun gempa dangkal umumnya lebih bersifat merusak, ternyata gempa bumi menengah atau dalam bisa sama merusaknya, lo.
Hal ini bisa terjadi apabila kondisi geologi di daerah pusat gempa tersusun oleh endapan kuarter dengan lapisan sedimen lunak.
Baca Juga: Bali Diguncang Gempa 5,8 M, Di Mana Pusat Gempa pada 22 Agustus Kemarin?
Source | : | Kompas.com,BMKG |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR