Bobo.id - Penjajahan yang dilakukan Belanda tentu mendatangkan banyak perlawanan dari berbagai daerah seperti yang dijelaskan pada materi PPKn kurikulum merdeka kelas VII SMP.
Berbagai daerah melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan pemicu dan cara yang berbeda-beda.
Salah satu wilayah yang melakukan perlawanan adalah rakyat Sulawesi.
Namun pada materi kali ini, teman-teman akan dikenalkan perlawanan rakyat Sulawesi, khususnya Sulawesi Selatan.
Perlawanan yang dilakukan rakyat Sulawesi Selatan ini dikenal dengan nama Perang Bone karena terkait dengan Kerajaan Bone.
Saat datang ke Indonesia, Belanda mencoba menyatukan kekuasaan di seluruh wilayah hingga sampailah di daerah Sulawesi Selatan.
Hal ini dilakukan, karena ketakutan Belanda bila Indonesia jatuh ke tangan penjajah lainnya.
Untuk menyatukan kekuasaan di semua tempat, Belanda melakukan ekspedisi ke banyak tempat di Sulawesi Selatan termasuk wilayah Makassar.
Di wilayah itulah, terdapat Kerajaan Bone yang tidak mengakui kekuasan Belanda atas Sulawesi Selatan.
Nah, dari itu perlawanan pada Belanda banyak terjadi di wilayah Sulawesi Selatan yang dipimpin Kerajaan Bone.
Perlawanan itu pun dikenal dengan nama Perang Bone dan terjadi beberapa kali perang besar.
Baca Juga: Hak Tawan Karang dan Perlawanan Rakyat Bali pada Belanda, Materi PPKn
Latar Belakang Perang Bone
Perang Bone ini terjadi bermula dari Gubernur Jenderal van der Capellen datang ke Makassar untuk melakukan pembaharuan Perjanjian Bongaya.
Perjanjian Bongaya merupakan perjanjian damai yang dilakukan Kesultanan Gowa di Makassar dengan pihak VOC yang menjajah Indonesia sebelum Belanda datang.
Setelah Indonesia diambil alih Belanda, Perjanian Bongaya itu dianggap kurang sesuai.
Dari semua kerajaan di Makassar, Kerajaan Bone lah yang dengan tegas melakukan penolakan untuk mengubah Perjanjian Bongaya.
Selain menolak, Kerajaan Bone juga mencoba membujuk kerajaan lain yang ada di Makassar untuk menolak kekuasaan Belanda di Sulawesi Selatan.
Usaha Bone dalam mengajak kerajaan lain untuk menentang Belanda membuat bangsa penjajah ini menjadi marah.
Hal inilah yang membuat munculnya Perang Bone di Sulawesi Selatan saat itu.
Perang Bone
Dengan penolakan tersebut, van der Capellen kembali ke Batavia untuk menyiapkan hukuman bagi Kerajaan Bone.
Belanda pun mengirim Letnan Kolonel Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers untuk datang ke Sulawesi Selatan pada 15 Juli 1824.
Baca Juga: Penyebab dan Strategi Perlawanan Pangeran Diponegoro Terhadap Penjajah, Materi PPKn
Untuk menaklukan Kerajaan Bone, Belanda mengirim ratusan pasukan dengan meriam.
Namun, usaha pertama Belanda ini dianggap gagal karena pasukan Bone berhasil menghancurkan beberapa pos pertahanan yang ada di Pangkajene, Maros, dan Tanete.
Perlawanan dari Kerajaan Bone ini sempat membuat pemerintahan Belanda yang ada di Makassar merasa khawatir, hingga meminta bantuan dari Batavia.
Usaha Belanda untuk kembali merebut Kerjaan Bone pun tidak berhenti sampai di situ.
Pada tahun 1825, Perang Bone kembali terjadi dengan Jendral Jizef van Geen yang datang bersama 4.000 pasukan menggunakan tujuh kapal perang dan tiga perahu meriam.
Serangan Belanda ini mampu membawanya masuk ke wilayah ibu kota Bone, namun ternyata cara itu masih gagal karena raja dan para pembesar kerajaan sudah pergi mengungsi ke wilayah pedalaman.
Perang yang berlangsung selama 10 tahun dari tahun 1825 hingga 1835 ini pun berakhir dengan adanya perjanjian damai yang dilakukan oleh Raja Bone.
Tapi ternyata usaha rakyat Sulawesi Selatan khususnya rakyat Bone tidak berhenti begitu saja.
Walau raja sudah menandatangani perjanjian damai, rakyat Bone kembali melakukan serangan pada Belanda.
Pada tahun 1859 pun Belanda kembali mengirim pasukan ke Bone yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Jan van Swieten.
Serangan ini menjadi serangan yang paling dahsyat karena banyak pasukan Belanda yang gugur dan terpaksa mundur.
Baca Juga: Penyebab dan Latar Belakang Perlawanan Rakyat Maluku pada Masa Penjajahan, Materi PPKn
Lalu, pada serangan kedua Belanda berhasil membuat Bone kembali dalam kekuasaanya pada tahun 1860.
Namun, secara resmi Bone jatuh kekuasaan Belanda adalah pada tahun 1905.
Karena pada tahun 1895 hingga 1905 Raja La Pawawoi Karaeng Sigeri kembali melakukan perlawanan terhadap Belanda hingga akhirnya menyerah.
Nah, itu tadi usaha rakyat Sulawesi melakukan perlawanan pada Belanda pada masa penjajahan.
----
Kuis! |
Siapa yang membuat Perjanjian Bongaya? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan dunia satwa? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo dan Mombi SD.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR