Bobo.id - Apakah teman-teman suka memecahkan teka-teki dan berpetualang? Kalau iya, tentu kamu akan suka permainan mencari harta karun.
Saat mencari keberadaan harta karun, biasanya kita harus memecahkan teka-teki untuk mendapatkan petunjuk.
Seperti yang dilakukan oleh Rudi, Amir, dan Bayu pada cerpen anak hari ini. Mereka mencoba memecahkan teka-teki untuk menemukan harta karun datuk.
Jika ingin tahu kelanjutan petualangannya, simak cerpen berikut ini, yuk!
Harta Karun Datuk
Cerita oleh: Sylvana Hamaring Toemon.
Malam itu Bayu dan Amir menginap di rumah Rudi. Hampir seharian mereka menebak-nebak, apakah Datuk akan memberikan teka-teki baru. Tebakan mereka meleset sampai akhirnya tiba waktu tidur. Datuk tidak berbicara sedikit pun pada ketiga anak itu. Datuk bahkan menghilang tak lama setelah makan malam. Rudi kecewa karena malam itu tidak seseru yang ia bayangkan. Tak lama kemudian, ketiga sahabat itu telah tertidur lelap. Tanpa terasa, hari telah menjelang pagi.
“Lihat! Ada kertas bon lagi!” teriak Amir.
“Pasti itu petunjuk dari Datuk,” sahut Bayu.
Rudi segera mengambil kertas bon yang ada di bagian bawah pintu itu. Sepertinya kertas itu memang sengaja diselipkan di bagian bawah pintu saat mereka tidur. Rudi ingat, kertas itu tidak ada di malam hari sebelumnya.
“Tentu saja ini dari Datuk. Lihat tulisannya ditulis dengan pensil HB,” ujar Rudi.
Baca Juga: Cerpen Anak: Sahabat Baru Rudi #MendongenguntukCerdas
Ketiga sahabat itu berebutan ingin melihat kertas itu. Di balik bon itu ada tulisan angka dan huruf. Tulisannya 11 1 13 1 18 A.
“Aneh sekali. Apa maksudnya ini?” tanya Bayu dengan dahi berkerut.
Keseriusan mereka mendadak buyar ketika Runi datang memanggil. Anak perempuan kembaran Rudi itu ingin membangunkan teman-temannya yang menginap di rumahnya. Mendadak Rudi meninggalkan kembaran dan kedua temannya. Ia mencari-cari sesuatu di mejanya. Rudi segera membuka tasnya karena tidak menemukan yang ia cari di meja. Dari dalam tas, Rudi mengeluarkan buku tulis dan pensil.
“Kita akan pecahkan misteri ini,” kata Rudi penuh tekad.
Di buku tulis itu, Rudi menuliskan huruf A sampai Z. Di sampingnya, ia menuliskan angka 1 sampai 26.
“Aku tahu! 11 1 13 1 18 A artinya KAMAR1. Angka diubah menjadi huruf. Huruf diubah menjadi angka,” jerit Runi.
“Runi, kamu juga bisa menjadi detektif bersama kami, lo,” kata Bayu.
“Kamar 1 artinya kamar Datuk. Ayo kita ke sana,” ajak Rudi sambil berlari keluar.
Setiba di depan kamar Datuk, Rudi sudah tidak sabar untuk masuk dan mencari petunjuk. Belum lagi ia membuka pintu, petunjuk baru telah terlihat. Sebuah gulungan kertas tergantung di pegangan pintu. Rudi segera membuka gulungan itu disaksikan oleh detektif cilik lainnya.
“Ayo sarapan dulu,” gumam Rudi.
“Hah? Sarapan? Ayo,” sahut Runi.
Baca Juga: Hewan Mitologi Dongeng dalam Sains disebut 'Cryptid', Apa itu? #MendongenguntukCerdas
“Tulisannya begitu,” tukas Rudi, “lihat, nih,” katanya sambil menunjukkan kertas itu.
“Apakah ini juga sebuah kode?” tanya Amir.
“Bagaimana kalau kita ikuti saja? Ayo kita sarapan dulu,” celetuk Bayu yang segera disambut dengan anggukan antusias Runi.
Runi pun memimpin rombongan kecil itu ke ruang makan. Aroma roti bakar yang menggiurkan membuat langkah Runi bertambah cepat. Keempat anak itu segera disambut dengan tumpukan roti bakar di meja makan. Mereka segera berebutan ingin memakannya.
“Kalian belum mandi, kok, sudah mau sarapan? Ayo sana mandi dulu,” tegur Bu Dini ketika melihat keempat anak itu.
“Tidak apa-apa untuk hari ini. Yang penting kalau mau masuk lewat pintu harus ketuk dulu,” kata Datuk yang sudah lebih dulu berada di ruangan itu.
Keempat anak itu saling berpandangan. Mereka teringat sesaat sebelumnya mereka mau membuka Kamar 1 tanpa mengetuk.
“Baiklah. Untuk kali ini tidak apa-apa. Ayo ambil roti bakarnya, nanti keburu dingin,” ujar Bu Dini.
Runi, Rudi, Bayu, dan Amir segera mengambil roti bakar yang berwarna keemasan. Hanya ada setangkup roti yang gosong. Roti gosong itu hampir semuanya berwarna hitam. Tentu saja tidak ada anak yang mau mengambil roti itu.
“Don’t judge a book by its cover, artinya jangan mengira roti gosong tidak ada artinya,” kata Datuk lagi.
Sementara Runi asyik mengunyah makanannya, ketiga anak laki-laki itu saling berpandangan. Peribahasa berbahasa Inggris itu artinya bukan itu walaupun agak mirip.
Baca Juga: Cerpen Anak: Nyanyian Subuh #MendongenguntukCerdas
“Aha! Aku tahu,” pekik Bayu.
Tangannya segera menyambar roti gosong itu. Dari dalam setangkup roti gosong itu Bayu mengeluarkan sebuah anak kunci. Anak kunci itu besar dan berat.
“Itu kunci perpustakaan,” kata Rudi lantang.
Rudi segera mengambil kunci itu dari tangan Bayu. Ketiga anak itu menjadi penuh semangat. Mereka sudah bersiap-siap meninggalkan ruang makan ketika terdengar suara bernada tinggi.
“Mau ke mana kalian? Habiskan dulu makanannya,” tegur Bu Dini tegas. Ia memang mengajarkan anak-anaknya untuk menghabiskan makanan yang diambil.
Keempat anak itu tetap duduk di tempatnya sambil mengunyah roti bakar. Mereka sudah tidak sabar untuk menghabiskannya. Sementara itu, Datuk sudah lebih dulu meninggalkan ruang makan.
“Ayo kita ke perpustakaan,” ajak Amir yang sudah tak sabar.
Rudi segera memasukkan anak kunci ke lubang kunci. Kreeek… Pintu besar itu terbuka.
“Selamat datang di gudang harta karun,” sambut Datuk.
“Lo? Kok, Datuk ada di dalam? Bagaimana masuknya?” tanya Bayu.
“Datuk juga punya kunci,” kata Datuk sambil menunjukkan kuncinya.
Baca Juga: Cerpen Anak: Pertemuan di Atas Andong #MendongenguntukCerdas
“Datuk, mana harta karunnya?” tanya Runi.
“Buku-buku inilah harta karunnya. Ada banyak pengetahuan berharga di dalam buku-buku ini. Nah, ini ada hadiah untuk kalian. Ambillah,” kata Datuk sambil menyerahkan buku ke Bayu dan Amir.
“Buat kami mana?” tanya Rudi dan Runi serempak.
“Perpustakaan Datuk adalah perpustakaan kalian juga. Kalau kalian mau baca buku, tinggal datang ke sini,” jawab Datuk.
Ternyata harta karun Datuk adalah buku-bukunya. Memang benar yang Datuk katakan, ada banyak pengetahuan berharga dalam buku-buku di perpustakaan itu. Lalu Datuk bercerita bagaimana ia mengumpulkan buku-buku yang menjadi koleksinya. Keempat detektif cilik itu mendengarkan dengan asyik sampai terdengar teriakan Bu Dini yang mengingatkan mereka untuk mandi.
Baca Juga: Cerpen Anak: Memahat Batu #MendongenguntukCerdas
#MendongenguntukCerdas
Tonton video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR