Di antaranya yang paling heroik adalah Keumalahayati, seorang laksamana wanita Kerajaan Aceh, teman-teman.
Keumalahayati bertugas untuk mengatur sejumlah pasukan laut dan mengawasi kapal-kapal perang milik Kerajaan Aceh.
Dalam kepemimpinan Keumalahayati, kapal perang dan pasukan gajah menjadi kekuatan utama angkatan perang Kerajaan Aceh.
Ia pernah bersumpah di hadapan Sultan akan berjuang melawan musuh-musuh dari Kerajaan Aceh sampai titik darah penghabisan.
Bagaimana Akibat dari Konflik Aceh dan Pertugis?
Darma Wangsa (Iskandara Muda), Keumalahayati, dan pasukannya disebut berhasil melawan Portugis.
Lebih dari itu, tokoh-tokoh penting itu juga diketahui berhasil mengusirnya dalam pertempuran di Teluk Krueng Raya.
Dalam pertempuran itu, Keumalahayati gugur dan dimakamkan di Lereng Bukit Kota Dalam, yakni bukit terlarang di Desa Nelayan.
Para penulis dari dunia Barat pun menjuluki sosok Keumalahayati sebagai The Guardian of Acheh Kingdom.
Tak hanya itu, sosok Malahayati juga masuk ke dalam jajaran 7 Warlord Women in The World dan Best Female Warrior at All Time.
Permusuhan Aceh dan Portugis juga berakhir setelah Portugis harus keluar dari Malaka karena telah direbut oleh Belanda tahun 1641.
Nah, itulah penjelasan sebab-sebab dan akibat dari konflik Aceh dan Portugis. Semoga informasi ini bisa bermanfaat, ya.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com,tirto.id |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR