Bobo.id - Merayakan Imlek tak lengkap rasanya tanpa ada kue keranjang khas Imlek.
Lalu, kenapa orang Tionghoa makan kue keranjang saat perayaan Imlek, ya?
Yuk, kita ketahui keistimewaan kue keranjang!
Kue keranjang adalah makanan khas Imlek yang terbuat dari tepung beras ketan.
Dari bahan dan teksturnya, kue keranjang ini sangat mirip dengan kue dodol, salah satu kue tradisional dari Jawa Barat.
Kue keranjang disebut sebagai nian gao dalam Bahasa Mandarin atau ti kwe dalam Bahasa Hokkien.
Ti kwe sendiri diartikan sebagai kue manis yang disusun bertingkat yang melambangkan peningkatan rejeki atau kemakmuran.
Asal Usul Kue Keranjang
Asal usul kue keranjang cukup menarik untuk diketahui. Menurut Kompas.com, kue keranjang merupakan bagian dari legenda di zaman Tiongkok Kuno.
Menurut cerita, ada raksasa bernama Nian yang di tinggal di sebuah gua di gunung.
Nian akan berburu saat lapar melanda. Namun pada musim dingin, hewan-hewan sedang berhibernasi sehingga Nian kesulitan menemukan makanan.
Baca Juga: 6 Ciri Khas Imlek, dari Makanan hingga Membagi Angpau
Oleh sebab itu, raksasa tersebut akan berburu di desa terdekat untuk mencari korban.
Karena ketakutan, masyarakat desa yang ketakutan memikirkan cara supaya Nian tidak memangsa mereka.
Saat itu, hiduplah seorang pembuat kue bernama Gao yang ide untuk membuat beberapa kue yang bisa membuat sang raksasa kekenyangan.
Kue tersebut dibuat dari tepung ketan dan gula yang dicampur.
Oleh warga kue ini diletakkan di dekat pintu masuk untuk diberikan kepada Nian.
Sejak saat itu penduduk desa giat membuat kue keranjang setiap musim dingin supaya Nian tidak memburu dan memangsa mereka.
Nah, itulah legenda dari kue keranjang khas Imlek.
Menurut sejarah, kue keranjang ini sudah ada sejak zaman Dinasti Han, sekitar tahun 200 Sebelum Masehi.
Dahulu, di Tiongkok subur tumbuh padi ketan, sehingga banyak makanan yang dibuat dari beras ketan, termasuk kue keranjang.
Makna Kue Keranjang
Dalam keluarga Tionghoa, makna kue keranjang adalah makanan pembawa keberuntungan.
Baca Juga: 8 Makna Makanan Imlek, Mulai dari Kue Keranjang Hingga Ikan Bandeng
Makna kue keranjang yang bulat, manis dan lengket itu bisa makna bersatu, bersekutu, dan rukun.
Selain pembawa keberuntungan tahun baru, kue keranjang adalah kue yang melambangkan kerukunan dalam keluarga.
Rasa kue keranjang yang manis adalah lambang berperilaku dan bertutur kata manis supaya dapat saling menguatkan.
Selanjutnya, kue keranjang juga simbol persahabatan dan mengingat leluhur.
Oleh sebab itu, kue keranjang juga dipakai untuk beribadah dan sebagai pengingat kepada leluhur.
Kue keranjang yang ditumpuk merupakan lambang dari peningkatan kemakmuran hidup.
Nah, itulah asal usul dan makna kue keranjang khas Imlek.
Resep Kue Keranjang
Berikut ini adalah resep kue keranjang khas Imlek di rumah yang disadur dari Kompas.
Bahan:
375 ml air panas
400 gram gula pasir
300 gram oats cepat masak, haluskan dengan blender
300 gram tepung ketan
75 gram tepung sagu
300 ml santan
¼ sdt garam
½ sdm minyak goreng untuk olesan
Cara membuat kue keranjang:
1. Tuang air panas ke dalam mangkuk, tambahkan gula pasir dan aduk hingga gula larut.
2. Taruh oats, tepung ketan, tepung sagu dalam wadah. Tuang air gula dengan disaring. Aduk-aduk.
3. Tambahkan santan dan garam. Aduk hingga adonan halus dan rata.
4. Siapkan cetakan kue keranjang. Olesi cetakan dengan minyak goreng. Tuang adonan hingga penuh.
5. Kukus adonan kue keranjang selama 30 menit hingga kue matang. Angkat dan dinginkan.
6. Potong-potong sesuai selera dan sajikan.
Baca Juga: Sering Ada di Perayaan Imlek, Ini Sejarah dan Arti Warna Barongsai
----
Kuis! |
Apa Bahasa Mandarin kue keranjang? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Source | : | Kompas,Britannica Kids |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR