“Untung kalian tidak terkurung di tempat makanan beku. Kalian bisa membeku kalau tidak ada yang membukakan. Kenapa kalian malah menggedor-gedor, bukannya membuka pintunya?” tanya Pak Dion
“Tadi aku sudah mencoba membukanya tetapi tidak bisa,” jawab Rudi sambil memegang handel pintu.
“Pantas saja tidak terbuka kalau membukanya seperti itu. Ini pintu geser, cara membukanya begini,” ujar Pak Dion sambil menggeser pintu.
Tap! Tap! Tap! Terdengar langkah terburu-buru diiringi suara Bu Dini yang memanggil kedua anaknya.
“Runi, Rudi, apa yang kalian lakukan di dalam sini? Mama melihat kalian di rekaman CCTV,” ujar Bu Dini cemas.
Runi dan Rudi bergantian menceritakan pengalaman mereka. Mereka juga bercerita tentang keingintahuan mereka karena ada yang mengatakan kalau toko ini adalah milik mereka. Mereka ingin tahu mengapa Bu Dini tidak pernah bercerita dan mengapa mereka tetap harus membayar apa yang mereka beli di toko ini.
“Iya, memang benar toko swalayan ini milik kita. Namun, itu bukan berarti kita boleh mengambil seenaknya saja. Kita tetap harus membelinya, supaya mudah penghitungan untung dan ruginya,” ujar Bu Dini.
“Ooo… begitu,” jawab Runi dan Rudi sambil mengangguk-anggukkan kepala.
“Yuk, pulang,” ajak Bu Dini.
Runi segera menyambut ajakan itu dengan berlari ke pintu keluar. Rudi pun ikut menyusul saudara kembarnya itu. Belum sampai di pintu keluar, kedua anak itu dicegat oleh 2 orang petugas keamanan.
Baca Juga: Cerpen Anak: Anggrek Hitam #MendongenguntukCerdas
“Keluarkan isi kantong kalian,” tegur salah satunya.
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR