Kegiatan membakar ogoh-ogoh yang sudah diarak sehari sebelumnya sebagai simbol mengusir kejahatan dan roh jahat.
Tradisi Hari Raya Nyepi ditutup dengan upacara Dharma Santi.
Upacara penutupan Hari Raya Nyepi yang dilakukan di pura atau tempat ibadah yang bertujuan untuk merayakan keselamatan dan ketentraman setelah melalui masa-masa yang penuh hening dan refleksi.
Beragam tradisi yang dilakukan pada Hari Raya Nyepi oleh Umat Hindu Bali memiliki makna mendalam.
Secara umum, Hari Raya Nyepi dianggap sebagai hari yang suci dan sakral, yang dipenuhi dengan aktivitas keagamaan, introspeksi, dan penghormatan kepada para dewa dan leluhur. Salah satu makna dari Hari Raya Nyepi adalah sebagai hari pembersihan diri.
Umat Hindu Bali melakukan ritual "melasti" sebelum Hari Raya Nyepi untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual.
Selama Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali juga dilarang melakukan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, berpergian, atau mengonsumsi makanan yang berlebihan serta menjaga keseimbangan alam semesta.
Dalam tradisi Hindu Bali, kegiatan manusia dianggap dapat mengganggu keseimbangan alam semesta.
Oleh karena itu, dengan menjalankan tradisi "Catur Brata Penyepian" selama satu hari, umat Hindu Bali berusaha untuk menjaga keharmonisan alam semesta dengan mengurangi aktivitas manusia yang dapat mengganggu keseimbangan alam semesta.
Secara keseluruhan, Hari Raya Nyepi memiliki makna yang sangat penting bagi umat Hindu Bali sebagai hari pembersihan diri serta penghormatan kepada para dewa dan leluhur.
Oh iya, Hari raya Nyepi juga sebagai bentuk upaya menjaga keseimbangan alam semesta yang dilakukan umat Hindu di Bali.
Baca Juga: Apa Itu Hari Raya Nyepi? Ini Penjelasan dan Rangkaian Acaranya
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR