Stable auroral red arc ini bertepatan dengan badai geomagnetik paling kuat yang menghantam Bumi selama 6 tahun.
Fenomena badai Matahari ini merupakan kelanjutan dari temuan 'lubang' Matahari yang memiliki ukuran berkali lipat ukuran Bumi.
'Lubang' koronal itu pertama kali ditemukan saat Matahari mulai berputar menjauh dari Bumi. Diameternya sekitar 20 planet kita.
Partikel berenergi tinggi dari badai Matahari melewati medan magnet Bumi dan membangkitkan molekul gas di atmosfer.
Hal inilah yang kemudian menciptakan lampu warna-warni yang berputar dan mengalir seiring berjalannya waktu.
Berbagai warna cahaya ini berasal dari atom yang berbeda, yang memancarkan warna tertentu saat naiknya suatu energi.
Lintasan Cahaya Berwarna Merah, Dari Mana?
Selama stable auroral red arc terjadi, energi memanaskan gas di bagian atas atmosfer hingga membuatnya bersinar seperti aurora.
Dilansir dari Space Weather, hanya oksigen yang memanas selama SAR sehingga selalu memancarkan warna merah yang persis.
O iya, sebenarnya stable auroral red arc ini cukup sering terjadi, namun biasanya memang tidak terlihat oleh manusia.
Hal ini karena biasanya cahayanya terlalu redup dan mata kita kurang selaras dengan panjang gelombang cahaya merah yang dipancarkan.
Baca Juga: Badai Matahari Terkuat Terjadi Beberapa Hari Lalu, Apa Dampaknya bagi Bumi?
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Live Science,Space.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR