Dalam perjanjian itu, Belanda diberi kebebasan untuk memperluas wilayah di seluruh Sumatra, termasuk di Aceh.
Selepas perjanjian itu, Belanda pun melancarkan aksinya melalui agresi pada 5 April 1873 dipimpin oleh Jenderal JHR Kohler.
Sejak tahun 1873, pasukan Aceh yang terdiri atas ulebalang, ulama, dan rakyat terus mendapat gempuran dari pasukan Belanda.
Meski begitu, rakyat Aceh sangat sulit ditaklukkan sehingga jadi perang terlama yang pernah dihadapi Belanda selama di Indonesia.
Salah satu penyebabnya adalah Belanda kekurangan informasi terkait daerah di ujung barat Nusantara itu.
Pertempuran terjadi karena memperebutkan Masjid Raya Baiturrahman, namun pasukan Aceh terus lakukan perlawanan.
Hingga akhirnya, Jenderal JHR Kohler meninggal dan membuat pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur ke pantai.
Dari kegagalan itu, Belanda kembali menyerang dan berhasil membakar Masjid Baiturrahman dan menduduki Keraton Sultan.
Rupanya, persiapan Belanda masih kurang matang karena berbagai jalur masuk dijaga dengan sangat baik oleh rakyat Aceh.
Ini membuat Belanda berusaha menghancurkan perkampungan dan pelabuhan dengan melakukan tembakan meriam.
Sayangnya, cara ini tetap tak membuat pasukan Aceh mundur. Mereka justru makin mempersatukan kekuatan mereka.
Baca Juga: Contoh Persekutuan Dagang Inggris dan Belanda di Indonesia, Materi IPS
Bertemu Karakter Favorit di Doraemon Jolly Town MARGOCITY, Apa Saja Keseruannya?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR