Kesimpulannya, bintang jatuh Matahari adalah gumpalan plasma raksasa yang jatuh ke permukaan dengan kecepatan tinggi.
Di Bumi, sebagian besar meteor tidak sampai ke permukaan Bumi karena tebalnya atmosfer planet kita.
Namun, atmosfer Matahari yang disebut dengan korona, jauh lebih tipis sehingga gumpalan ini tetap utuh.
Sebab, garis medan magnet Matahari bertindak sebagai rel pemandu untuk membantu menyalurkan plasma ke bawah.
Ini artinya, bintang jatuh di atmosfer Matahari ini dapat mencapai permukaan Matahari secara utuh.
Hal ini menciptakan cahaya yang sangat cerah. Namun, cahaya cerah ini hanya terjadi beberapa saat atau sangat singkat.
Fenomena Hujan Koronal
Sulitnya meneliti langsung Matahari, membuat fenomena di dalamnya masih misteri, termasuk hujan koronal.
Namun, para ilmuwan terus meneliti menggunakan data dari Solar Orbiter Badan Antariksa Eropa hingga mendapat penemuan.
Dilansir dari Live Science, Solar Orbiter hanya berjarak 49 kilometer ketika mengamati pembentukan hujan koronal.
Meski masih terlihat jauh, faktanya ini adalah salah satu yang paling dekat dengan satelit apa pun yang sampai ke Matahari.
Baca Juga: Fenomena Aphelion Disebut Bikin Suhu Bumi Lebih Dingin, Benarkah?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR