Bobo.id - Bentuk muka bumi di planet kita bisa bervariasi karena adanya pengaruh geologis lingkungan.
Geologi adalah ilmu tentang komposisi, struktur, dan sejarah bumi.
Terbentuknya gunung dan lembah masih berkaitan dengan kondisi struktur tanah dan peristiwa alam yang memengaruhinya.
Bersumber dari National Geographic, penelitian menunjukkan bahwa di Pegunungan Himalaya terdapat fenomena alam berupa pernapasan geologi.
Akibat fenomena ini, pegunungan Himalaya bisa menunjukkan tanda-tanda menyusut dan mengembang.
Apa maksud dari peristiwa ini, Bo? Yuk, cari tahu faktanya dari artikel ini!
Pernapasan geologi adalah fenomena alami pergerakan vertikal lapisan-lapisan batuan di kerak bumi yang terjadi dalam periode waktu tertentu.
Peristiwa ini terjadi dalam satu siklus, yang menyebabkan gunung memiliki waktu tertentu untuk mengembang dan menyusut.
Oleh karena pergerakan tersebut, para ilmuwan mengibaratkan seolah gunung seperti sedang bernapas.
Seperti yang kita tahu, lempeng tektonik planet bumi terus bergerak, sehingga bisa bertabrakan dan membentuk permukaan yang baru.
Ketika dua lempeng saling bertabrakan, maka terjadilah peristiwa yang kita kenal sebagai gempa Bumi, yang dapat menimbulkan perubahan pada permukaan bumi.
Baca Juga: Super Blue Moon Akan Jadi Bulan Terbesar dan Paling Terang Tahun Ini, Kenapa?
Menurut penjelasan ilmuwan, sekitar 50 juta tahun lalu, lempeng Benua India menabrak Benua Austria dan menghasilkan tumpukan tektonik, hingga terbentuklah Himalaya.
Akibat dari fenomena di atas dan pergerakan lempeng, Pegunungan Himalaya bisa bertambah sedikit lebih tinggi ke langit dalam waktu yang lama.
Tahun 2015, siklus ini menyebabkan gempa berkekuatan 7,8 skala Richter sehingga petak pegunungan Himalaya tenggelam hampir 60 sentimeter.
Pegunungan Himalaya adalah rangkaian pegunungan yang membentang di Asia Selatan dan membentuk perbatasan alami antara Nepal, India, Bhutan, Tibet, dan Pakistan.
Pegunungan Himalaya memiliki puncak tertinggi di dunia, yaitu Gunung Everest dengan ketinggian mencapai 8.848 meter di atas permukaan laut.
Keunikan Pegunungan Himalaya adalah pemandangan alamnya, yang terdiri dari puncak-puncak yang menjulang, gletser, lembah hijau, dan sungai yang berkelok.
Ada fakta menarik, ternyata wilayah Pegunungan Himalaya tidak dianjurkan sebagai lalu lintas udara pesawat terbang, lo.
Di seluruh wilayah Tibet, hanya ada dua bandar udara yang beroperasi, yaitu Bandara Lhasa Gonggar di Lhasa, dan Bandara Internasional Tribhuvan di Kathmandu.
Dengan hanya ada dua bandara, maka akan membahayakan proses penerbangan pesawat.
Sebab, jika sampai terjadi situasi gawat di atas pesawat, tidak ada lapangan udara yang bisa digunakan untuk mendarat.
Kemudian, jika pesawat mendarat di Lhasa maka bisa menimbulkan risiko bahaya, karena ketinggian Lhasa 3.650 meter di atas permukaan laut.
Baca Juga: Fenomena Alam Aneh di Danau Natron, Batu Bisa Mengapung di Air, Apa Sebabnya?
Ini bisa membuat beberapa orang sulit bernapas, sehingga untuk mengurangi risiko ini pesawat tidak dianjurkan melintas.
Meski begitu, pegunungan ini bisa ditempati oleh kelompok etnis, suku, dan budaya yang berbeda, teman-teman.
Ini karena kondisi alam Pegunungan Himalaya menyimpan Sungai Ganges, Brahmaputra, dan Indus yang memberikan air bagi jutaan orang.
Sayangnya, Pegunungan Himalaya juga terpengaruh oleh perubahan iklim global.
Pencairan gletser, peningkatan suhu, dan perubahan pola cuaca memiliki dampak besar pada lingkungan dan masyarakat di wilayah tersebut.
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Apa penyebab terbentuknya Pegunungan Himalaya? |
Petunjuk: cek di halaman 2! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR