Bobo.id - Baru-baru ini, para ahli menemukan varian baru dari COVID-19, nama varian itu adalah Pirola. Apa itu?
Virus Corona pertama kali terdeteksi di tiongkok pada akhir 2019. Tapi, baru menyebar di Indonesia pada 2020.
Sejak saat itu, virus Corona terus berkembang dengan berbagai variannya. Mulai dari Alpha, Beta, Delta, hingga Omicron.
Bahkan, sampai saat ini virus Corona masih terus berkembang, lo. Terbukti ada varian Pirola yang baru ditemukan.
Varian baru ini ramai dibicarakan karena sudah tersebar di 12 negara! Memangnya, apa itu COVID-19 Pirola? Simak, yuk!
Bersumber dari Kompas.com, COVID-19 Pirola atau BA.2.86 adalah jenis virus Corona yang sangat baru.
Oleh karena itu, kini organisasi kesehatan dunia mengklasifikasikan Pirola sebagai varian yang diawasi.
Salah satu alasannya adalah karena varian COVID-19 Pirola ini membawa lebih dari 30 mutasi protein spike.
Sebagai informasi, protein spike adalah pintu masuk bagi virus Corona untuk bisa menginfeksi manusia.
Artinya, penyebaran varian Pirola ini memiliki kecenderungan sangat cepat sehingga bisa menimbulkan lonjakan infeksi.
Bayangkan saja, varian yang baru ditemukan akhir Juli ini sudah menyebar ke 12 negara.
Baca Juga: Varian Baru COVID-19 Eris Muncul di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?
Mulai dari Amerika Serikat, Israel, Kanada, Denmark, Inggris, Afrika Selatan, Swedia, Norwegia, Swiss, Thailand, Prancis, Portugal.
Meski begitu, hingga saat ini, di Indonesia masih belum ada laporan terkait orang yang terinfeksi varian COVID-19 Pirola ini.
Bersumber dari Kompas.com, hingga saat ini belum ada gejala khusus dari orang yang terkena varian Pirola.
Pengidap Pirola di Michigan dilaporkan memiliki gejala ringan dan tidak perlu dirawat intensif di rumah sakit.
Yap, Health juga mengatakan kalau subvarian Pirola ini tidak dikaitkan dengan gejala parah yang menyebabkan kematian.
Meski begitu, kita tetap harus tahu apa saja gejalanya. Berikut ada beberapa gejala COVID-19 Pirola, yakni:
- Hidung berair atau tersumbat.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Bersin.
- Sakit tenggorokan.
Baca Juga: Status Pandemi Covid-19 Resmi Dicabut dan Diganti Endemi, Apa Bedanya?
- Batuk.
- Perubahan pada indera penciuman.
Bersumber dari Kompas.com, virus bisa mengalami perubahan atau yang sering disebut dengan mutasi.
Mutasi yang terjadi pada virus ini bisa menyebabkan berbagai perubahan pada sifat yang dimiliki virus tersebut.
Contohnya, virus itu bisa berubah terkait kecepatan penyebarannya dan kemampuan virus menimbulkan keparahan.
Varian baru COVID-19 ini muncul pada saat terjadi mutasi yang menyebabkan perubahan genetik pada virus.
Virus Corona adalah jenis virus yang bisa bermutasi dan mengalami perubahan. Artinya, selalu ada peluang muncul varian baru.
Mutsi ini adalah upaya penyesuaian tau adopsi yang dilakukan virus untuk bertahan hidup dalam tubuh manusia.
Perlu diketahui, mutasi pada virus adalah hal yang wajar dan ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada virus Corona, kok.
Bahkan menurut ilmuwan, virus Corona sebenarnya berubah sangat lambat dibandingkan virus flu lain, lo.
Meski begitu, kita harus selalu berjaga diri, ya. Cobalah untuk membiasakan lagi pakai masker di tempat umum.
Baca Juga: Mengenal Disease X, Penyakit yang Disebut Bisa Picu Pandemi Baru Setelah COVID-19
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud dengan protein spike? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com,Health |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR