Bobo.id - Beberapa waktu lalu, Komet Nishimura dilaporkan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi, tepatnya pada 12 September.
Komet Nishimura melintas di dekat planet Bumi dengan jarak sekitar 125 juta kilometer.
Baru-baru ini, pesawat ruang angkasa milik NASA merekam peristiwa menarik yang berkaitan dengan Komet Nishimura.
Bersumber dari Livescience, Komet Nishimura ditemukan terhempas oleh lontaran massa korona (coronal mass ejection) setelah berada di dekat matahari.
Lontaran massa koroner atau CME adalah peristiwa menghilangnya plasma dan medan magnet dalam jumlah yang besar dari atmosfer matahari.
CME ini bergerak dengan kecepatan tertinggi mencapai 3.000 kilometer per detik.
Akibat adanya CME, gumpalan plasma menabrak ekor komet Nishimura, hingga peristiwa langka ini terekam NASA.
Dampak dari tabrakan ini tidak berbahaya, hanya saja ekor panjang Komet Nishimura seolah terputus.
Namun, ekor tersebut akan tumbuh kembali diiringi dengan semakin banyaknya debu dan gas yang terhembus.
Meski langka, sebenarnya peristiwa hilangnya ekor Nishimura ini bukan pertama kalinya.
Komet Nishimura telah berkali-kali terkena CME dari matahari, namun tetap berhasil bertahan pada lintasan aslinya.
Baca Juga: Lubang Hitam Supermasif M87 Dipastikan Berputar, Apa Penyebabnya?
Mengenal fenomena CME
CME (coronal mass ejection) atau lontaran massa korona termasuk fenomena antariksa yang menarik.
Ketika CME melepaskan energi, maka energi tersebut setara dengan satu miliar kekuatan bom atom, lo.
Bergerak sangat cepat, CME bisa melaju dengan kecepatan mulai 20 km/s hingga 3.000 km/s.
Bersumber dari space.com, CME dengan kecepatan tertinggi dapat mencapai Bumi dalam waktu 15 hingga 18 jam.
Ketika sampai di Bumi, CME dapat menyebabkan masalah pada jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, dan satelit yang mengorbit bumi.
Namun, CME ternyata juga bisa mendorong terjadinya fenomena aurora yang indah di garis lintang.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, CME adalah peristiwa menghilangnya plasma dan medan magnet dalam jumlah yang besar dari atmosfer matahari, yakni korona.
Bagian korona Matahari, yakni bagian teratas pada atmosfer Matahari mencapai suhu hingga 2.000.000°C.
Menurut pemantauan NASA, terkadang suhu korona bahkan bisa mencapai 40 juta derajat Celcius.
Terjadinya Badai Matahari
Baca Juga: Bisa Mendekati Planet Bumi, Sebenarnya Dari Mana Komet Datang?
CME juga dikenal dengan istilah badai matahari, teman-teman. Tentu saja kita sudah tidak asing dengan fenomena tersebut.
Badai matahari adalah fenomena cuaca antariksa yang melibatkan pelepasan besar partikel bermuatan dari permukaan matahari.
Ada dua jenis badai matahari, yakni badai geomagnetik dan badai radiasi.
Badai geomagnetik dipicu oleh interaksi partikel matahari dengan medan magnet Bumi, sedangkan badai radiasi, yang dapat membahayakan astronot dan pesawat luar angkasa.
Badai Matahari ini diakibatkan pergerakan benang plasma Matahari yang terletak di lapisan ruang Matahari.
Benang plasma yang mengandung medan magnet dari bintik Matahari atau daerah yang lebih dingin, jadi kusut dan meletus.
Akibatnya, energi magnetik yang sudah terbentuk di atmosfer Matahari, tiba-tiba dilepaskan dan dipancarkan dengan gelombang elektromagnetik (gabungan medan listrik dan magnet).
Badai matahari cenderung terjadi selama periode tinggi aktivitas matahari yang dikenal sebagai "solar maximum", yang terjadi setiap sekitar 11 tahunan.
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Mengapa ekor Komet Nishimura terputus? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Livescience |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR