Bobo.id – Untuk istilah “ekosistem”, mungkin banyak teman-teman yang sudah tidak asing. Namun, bagaimana dengan “restorasi”?
Kalau kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI dan mencari arti restorasi, maka yang muncul adalah pengembalian atau pemulihan ke keadaan semula.
Nah, sederhananya restorasi ekosistem berarti membantu ekosistem yang rusak atau hancur untuk kembali pulih sekaligus melestarikan ekosistem yang masih utuh.
Belajar Restorasi Ekosistem Melalui Film
Di tahun 2023 ini, Science Film Festival kembali digelar di Indonesia oleh Goethe-Institut.
Science Film Festival merupakan perayaan komunitas sains di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah.
Festival yang pertama kali digelar di tahun 2005 di Thailand ini mempromosikan literasi sains, menyajikan isu ilmiah, teknologi, dan lingkungan, serta menunjukkan bahwa sains bisa menyenangkan, teman-teman.
Nah, tahun ini merupakan edisi keempat belas Science Film Festival dan tema yang diusung adalah “Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB”.
Science Film Festival 2023 menjangkau siswa SD-SMA di 70 kabupaten/kota secara hybrid mulai dari 21 Oktober hingga 30 November 2023.
Science Film Festival akan memutar 18 film yang sudah dikurasi, dari 12 negara, yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Chile, Indonesia, Inggris, Jerman, Kazakhstan, Kolombia, Tanzania, dan Thailand.
Baca Juga: 6 Manfaat Menonton Film, Sarana Belajar hingga Relaksasi
Melalui pemutaran film-film itu, para siswa diajak untuk menjelajah tentang pentingnya perlindungan dan pemulihan ekosistem.
Tatang Muttaqin, Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Talenta Kemendikbudristek dalam konferensi pers Science Film Festival yang digelar di Gedung A Kemendikbudristek pada Sabtu, (21/10/2023) mengungkapkan bahwa film akan membuat para siswa lebih terinspirasi dan dapat melahirkan imajinasi yang lebih tinggi.
“Nah, dari sana saya kira film menjadi medium penting dalam bagaimana melakukan katakanlah kampanye tentang pentingnya sains,” kata Tatang.
Menurut Tatang, hal itu sesuai dengan fokus Indonesia terkait upaya meningkatkan kemampuan sains di kalangan siswa.
Kemampuan itu penting bagi siswa untuk dapat memahami bahwa sains berhubungan dengan kehidupan, terutama dengan masa depan.
Sementara itu, Dr. Stefan Dreyer, Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru pada pembukaan Science Film Festival, Sabtu (21/10/2023) di Plaza Insan Berprestasi, Kemendikbudristek mengungkapkan, “Science Film Festival berkomitmen untuk menyoroti pentingnya pertimbangan ekosistem dalam pengelolaan lahan, air, dan sumber daya hayati secara terpadu. Tak hanya itu, komitmen ini juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan upaya mengatasi penggurunan, degradasi lahan, erosi dan kekeringan, kehilangan keragaman hayati, dan kelangkaan air. Hal-hal ini dipandang sebagai tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial dalam pembangunan berkelanjutan global. Dengan menghadirkan film dari berbagai belahan dunia dengan topik-topik ilmiah untuk penonton muda, kami berharap dapat menumbuhkan kreativitas serta semangat pemuda bereksplorasi dan mencintai sains.”
Pemutaran Film dan Eksperimen Sains
Bukan hanya menonton film, dalam kegiatan Science Film Festival, kita juga diajak untuk mencoba berbagai eksperimen sains yang menyenangkan, lo.
Film-film dalam Science Film Festival rencananya akan diputar bergantian secara luring di sekolah-sekolah yang ada di Jabodetabek, Blitar, Surabaya, Belitung Timur, dan Medan.
Baca Juga: Bikin Bangga! Ini 5 Film Indonesia yang Mendunia, Pernah Nonton?
Selain itu, beberapa pusat sains di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Pontianak juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemutaran film dan eksperimen sains secara luring.
Eits, tidak perlu khawatir untuk teman-teman yang berada di luar daerah yang disebutkan tadi.
Sebab, kegiatan pemutaran film dan eksperimen sains juga akan dilakukan secara daring melalui platform Zoom.
Science Film Festival Resmi Dibuka
Pembukaan Science Film Festival berlangsung di Plaza insan Berprestasi Kemendikbudristek, Jakarta.
Acara pembukaan tersebut dihadiri oleh lebih dari 200 pelajar dari berbagai sekolah di Jabodetabek.
Pada acara pembukaan itu, para siswa menyaksikan dua film. Film pertama ialah film animasi dari Indonesia yang berjudul Sang Penerang Desa. Lalu, film kedua berasal dari Jerman dengan judul Checker Tobi: The Waste Check.
Film Sang Penerang Desa menceritakan tentang pengalaman Puni yang tinggal di desa dan terinsipirasi untuk membawa perubahan di desa-desa di Indonesia dengan membangun pembangkit listrik tenaga mikro-hidro.
Sementara film Checker Tobi: The Waste Check mengajak penonton untuk melihat pentingnya mengolah sampah kemasan plastik menjadi sesuatu yang baru,
O iya, tidak hanya itu saja, setelah menonton film, para siswa juga diajak untuk melakukan eksperimen sains dengan tema “Gas Karbondioksida”.
Menarik sekali, ya? Siapa, nih, yang sudah tidak sabar menyaksikan film-film sains Science Film Festival?
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Penulis | : | Rahwiku Mahanani |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR