Bobo.id - Teman-teman, adakah di antara kamu yang sangat menyukai segala hal yang berhubungan dengan antariksa?
Jika ya, tentu kamu harus tahu banyak tentang pesawat antariksa.
Pesawat antariksa adalah pesawat luar angkasa adalah kendaraan yang terbang di luar angkasa, bisa membawa astronaut, kargo, atau instrumen lain ke tujuannya.
Sebelumnya, kita telah belajar tentang International Space Station (ISS), sebuah pesawat ruang angkasa yang berada di antariksa.
ISS bisa melakukan perjalanan di ruang angkasa dengan kecepatan lebih dari 8.000 kilometer per detik.
Hingga kini, ISS adalah objek buatan manusia terbesar yang pernah mengorbit Bumi.
Ada beberapa macam pesawat antariksa yang telah diluncurkan oleh NASA, namun apakah kamu pernah mendengar tentang Parker Solar Probe?
Kali ini, Bobo akan memperkenalkan kehebatan pesawat antariksa Parker Solar Probe. Yuk, simak!
Apa itu Parker Solar Probe?
Bersumber dari NASA, Parker Solar Probe merupakan pesawat antariksa yang diluncurkan pada Agustus 2018 untuk terbang lebih dekat ke Matahari dibandingkan pesawat antariksa manapun.
Berat pesawat Parker Solar Probe mencapai 630 kilogram lebih, cenderung ringan untuk sebuah pesawat antariksa.
Baca Juga: Bobotnya 400.000 Kg, Bagaimana Astronaut Membawa Stasiun Antariksa Internasional ke Angkasa?
Meski ringan, pesawat ini diluncurkan ke ruang angkasa dengan bantuan roket paling kuat di dunia, United Launch Alliance Delta IV Heavy.
Tujuannya karena Parker Solar Probe harus membutuhkan banyak energi untuk bisa sampai ke Matahari.
Menurut perkiraan astronom, untuk mencapai Matahari dibutuhkan 55 kali lebih banyak energi daripada energi untuk pergi ke Mars.
Rata-rata pesawat atau roket yang hendak ke luar angkasa harus bergerak dengan kecepatan 107.000 kilometer per jam.
Namun, Parker Solar Probe harus mengurangi sebagian besar kecepatannya supaya peluncuran berjalan dengan baik di awal.
Perjalanan Parker Solar Probe
Dalam perjalanannya ke Matahari, Parker Solar Probe terbang melewati Venus pada bulan Oktober 2018.
Pemberhentiannya di Venus dilakukan untuk membantu mendekatkan orbitnya ke Matahari.
Saat ini, pesawat Parker Solar Probe memegang rekor pendekatan terdekat ke Matahari oleh objek buatan manusia.
Pada 29 Oktober 2018, Parker Solar Probe memecahkan rekor lama jarak sejauh 26,55 juta mil dari permukaan Matahari, yang dibuat oleh Helios 2 pada tahun 1976.
Ketika Parker Solar Probe melakukan pendekatan jarak ke Matahari yang ke-23, yakni pada September 2023 lalu, jaraknya mencapai 7,26 juta kilometer dari permukaan Matahari.
Baca Juga: James Webb Temukan Aurora di Katai Cokelat, Bagaimana Terbentuknya?
Menurut rencana, pesawat ini akan kembali ke Matahari pada tahun 2024 ini, teman-teman.
Rekor yang dimiliki Parker Solar Probe tidak hanya jarak terhadap Matahari, melainkan juga kecepatannya.
Ini juga merupakan pesawat antariksa tercepat dalam sejarah, yang kecepatannya mencapai 692.000 kilometer per jam.
Kecepatan tersebut sama seperti perjalanan dari New York ke Tokyo dalam waktu kurang dari satu menit, lo. Cepat sekali, ya!
Lantas, siapakah tokoh dibalik kehebatan pesawat antariksa ini?
Dr. Eugene Parker adalah orang pertama yang memprediksi angin Matahari pada tahun 1958, dan menyampaikan teorinya ke banyak orang.
Parker Solar Probe merupakan misi NASA pertama yang terinspirasi oleh tokoh yang masih hidup, Dr. Eugene Parker.
Beliau masih menyaksikan peluncuran Parker Solar Probe di Florida pada 12 Agustus 2018, sebelum meninggal pada Maret 2022 lalu.
----
Kuis! |
Seberapa cepat ISS dapat melaju di angkasa? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | NASA |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR