Bobo.id - Indonesia adalah negara yang punya banyak keberagaman suku dan budaya.
Dari keberagaman itu, maka ada banyak tradisi berbeda di setiap daerah yang akan kita kenali melalui materi kelas 3 SD.
Hampir setiap daerah di seluruh Indonesia punya tradisi berbeda untuk merayakan berbagai peristiwa dari kelahiran, kematian, pernikahan, hingga setelah panen raya.
Sebagai kekayaan bangsa, tentu berbagai tradisi itu perlu dijaga dan terus dilestarikan. Mari mengenal beragam tradisi berbeda dari berbagai wilayah agar teman-teman bisa lebih menghargai dan ikut melestarikan.
Tradisi tiwah merupakan tradisi untuk mengantarkan arwah ke akhirat atau disebut luwu dan merupakan rangkaian akhir dari upacara kematian dalam kepercayaan Hindu Kaharingan.
Tradisi ini dilakukan oleh Suku Dayak yang ada di Kalimantan, agar ketidakberuntungan pada keluarga yang ditinggalkan hilang.
Tradisi menarik dilakukan di Sumatra Barat oleh Suku Mentawai yaitu meruncingkan gigi, yang dilakukan oleh perempuan Suku Mentawai, dengan keyakinan untuk mendapatkan nilai yang lebih.
Upacara meruncingkan gigi juga menunjukkan tanda kedewasaan seorang perempuan dari Suku Mentawai.
Suku Osing yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur juga memiliki tradisi unik yang bernama Kebo-keboan, yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen berlimpah yang didapat.
Upacara ini dilakukan dengan mendandani diri sendiri seperti kerbau menggunakan cat hitam, lengkap dengan tanduk dan telinga kerbau buatan.
Orang yang sudah meniru kerbau akan menari di tengah sawah dan mengajak para penonton di sekitarnya.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Gugur Gunung dari daerah Yogyakarta, Materi PPKn
Di Sulawesi Selatan ada tradisi unik yang bernama Adu Betis yang dilakukan oleh Suku Bone yang selalu digelar satu tahun sekali, sekitar bulan Agustus seusai panen, dan kini juga menjadi tradisi perayaan Hari Raya Kemerdekaan Indonesia.
Tradisi Adu Betis dilakukan dengan mengadu kekuatan betis setiap kelompok. Adanya tradisi ini menggambarkan rasa kekeluargaan dan gotong royong dari masyarakat Bone.
Ada juga tradisi yang cukup unik yaitu Tepung Tawar yang merupakan upacara adat untuk pindah rumah bagi masyarakat Melayu yang ada di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Tepung Tawar dilakukan pada hari baik yang bagi seseorang yang akan pindah ke rumah baik dengan bangunan baru atau lama.
Selain tanggal, tradisi ini juga menentukan pukul berapa seseorang harus mulai masuk ke rumah barunya.
Tabuik merupakan tradisi dari Sumatra Barat, tepatnya oleh masyarakat Pariaman, yang merupakan upacara mengenang meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husein bin Ali.
Husein bin Ali meninggal pada perang Karbala di Irak, para tanggal 10 Muharram 61 H. Karena itu, Tabuik diselenggarakan setiap tahun dari tanggal 1 hingga 10 Muharram.
Di Bali juga ada tradisi lokal yang disebut dengan metatah yang dilakukan pada remaja atau dewasa dengan memotong gigi.
Tradisi ini merupakan bagian dari Manusa Yadnya atau siklus hidup dari bayi hingga dewasa, yang bermakna sebagai bentuk terlepas dari enam jenis musuh manusia.
Suku Baduy yang ada di Banten memiliki tradisi lokal bernama Seba yang merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang didapat.
Tradisi ini dilakukan dengan menyerahkan hasil bumi dan menjalin silaturahmi dengan Pemerintah Kabupaten Lebak, di Banten.
Baca Juga: Cara Merawat Tradisi Lokal dan Kebhinekaan di Indonesia, Materi PPKn
Hal ini jadi penting, karena Suku Baduy terkenal tertutup dan tidak bisa sembarang orang masuk ke wilayah mereka.
Tradisi pertama yang cukup terkenal adalah sekaten yang biasa dilakukan di Yogyakarta dan Surakarta.
Tradisi ini memang sudah lama dilakukan di dua tempat tersebut karena adanya ikatan antar dua kerajaan, yaitu Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta.
Sekaten merupakan tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tradisi Ma'nene merupakan bagian dari Rambu Solo' atau peringatan kematian di Toraja Utara atau Sulawesi Selatan.
Upacara ini dilakukan untuk menggantikan pakaian dari anggota keluarga yang sudah meninggal puluhan atau ratusan tahun yang lalu.
Hingga saat ini tradisi ini masih dipertahankan sebagai bentuk menghargai leluhur yang sudah meninggal.
Ruwat adalah tradisi yang dilakukan oleh Suku Jawa yang masih dijaga hingga saat ini.
Tradisi ini dilakukan untuk membersihkan diri dan menghilangkan kesialan atau nasib buruk.
Suku Jawa juga punya tradisi berupa tebak sinten yang merupakan upacara menginjak tanah pertama kali yang dilakukan oleh bayi berusia tujuh bulan.
Pada tradisi ini, bayi akan dibawa ke halaman rumah dan diletakkan di atas tanah yang ditabur beras, kacang hijau, kacang merah, dan uang logam.
Baca Juga: Cara agar Pancasila Menjadi Pegangan untuk Berkolaborasi Budaya, Materi PPKn
Tradisi ini dilakukan untuk memohon keselamatan, kesehatan, dan kemakmuran pada bayi tersebut.
Masyarakat Bali tepatnya Karangasem punya tradisi mengibung yang merupakan kegiatan makan bersama dalam satu piring.
Tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan.
Masyarakat Sasak di Lombok punya tradisi yang disebut bau nyale yang dilakukan dengan menangkap cacing laut yang muncul di permukaan.
Tradisi ini dilakukan karena berkaitan dengan legenda Putri Mandalika yang berubah jadi nyale untuk menghindari perang.
Nah, itu beberapa tradisi menarik yang masih dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia.
(Foto: Creative Commons/Ivuvisual)
Baca Juga: Bagaimana Upaya Seorang Pelajar dalam Melestarikan Tradisi? Materi Kelas 4 SD
----
Kuis! |
Apa tradisi tiwah itu? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Kompas.com,intisari |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR