Bobo.id - Kalau teman-teman punya kalender di rumah, coba perhatikan kalender Februari di tahun ini.
Lalu, coba bandingkan dengan kalender bulan Februari tahun sebelumnya. Apakah ada perbedaan?
Yap, perbedaannya terletak pada jumlah harinya. Bulan Februari tahun ini, jumlah harinya ada 29!
Penambahan satu hari di bulan Februari ini membuat tahun ini ada 366 hari dan disebut tahun kabisat.
Menariknya, momen ini hanya terjadi empat tahun sekali. Untuk itu, Google Doodle pun ikut mengambil momen ini.
Google Doodle, Leap Day 2024
Ketika kita membuka laman depan Google hari ini, ada gambar yang berbeda dari hari sebelumnya.
Yap, logo Google sudah berubah menjadi Google Doodle yang bertema "Leap Day 2024", teman-teman.
Tampilan logo di halaman pencarian Google hari ini diubah menjadi gambar kolam dengan teratai, bunga, dan katak.
Hal yang menarik dari gambar ini adalah katak yang berdiri di atas teratai memiliki cap "29" di dadanya.
Katak itu terlihat melompat terus menerus seperti menggambarkan arti harfiah dari kata "leap".
Baca Juga: Cari Jawaban Materi Kelas 6 SD/MI Tema Bumiku, Apakah Tahun 2000 Masehi Termasuk Tahun Kabisat?
Sebagai informasi, arti dari kata "leap" dalam istilah "leap year" atau tahun kabisat adalah melompat.
Tak hanya itu, Google juga menyematkan angka "28" dan "1" sebagai simbol tambahan hari di Februari.
Apa Itu Tahun Kabisat?
Tahun kabisat adalah tahun yang mengalami penambahan hari untuk menyamakan dengan tahun astronomi.
Penambahan hari ini dilakukan pada bulan Februari setiap empat tahun sekali, seperti pada tahun 2024.
Ini artinya, setiap empat tahun sekali, kita akan menemukan tahun dengan 366 hari kalender, bukan 365 hari.
Kita bisa tahu apakah tahun itu adalah tahun kabisat dengan membagi tahun itu dengan angka empat.
Contohnya tahun 2024 dan tahun 2020 yang habis dibagi empat. Artinya, tahun itu adalah kabisat.
Ini terjadi karena sebenarnya planet Bumi butuh waktu lebih dari satu tahun untuk mengorbit Matahari.
Menurut NASA, Bumi membutuhkan waktu 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik untuk mengorbit Matahari.
Walaupun jumlah itu dibulatkan menjadi 365 hari, hampir enam jam tambahan itu tidak hilang.
Baca Juga: 2020 Merupakan Tahun Kabisat yang Terjadi Setiap 4 Tahun Sekali, Mengapa Begitu?
Oleh karena itu, satu hari ditambahkan tiap empat tahun sekali untuk menggenapi perbedaan itu.
Sederhananya, kelebihan waktu ini jika dijumlahkan akan genap menjadi satu hari tiap empat tahun.
Sejarah Tahun Kabisat
Bersumber dari Kompas.com, tahun sebelum masehi, kalender hanya terdiri dari 10 bulan, teman-teman.
Orang-orang Romawi menganggap musim dingin sebagai satu periode yang tidak dibagi jadi beberapa bulan.
Setelah ratusan tahun kemudian, barulah Romawi menetapkan bulan Januari dan Februari dalam kalender.
Sebagai bulan terakhir yang ditambahkan, Februari memiliki jumlah hari paling sedikit dari yang lain.
Julius Caesar menyesuaikan kalender agar sejajar dengan Matahari dan menambahkan hari kabisat.
Di tahun 1582, Paus Gregorius XII mengadopsi kalender Gregorian yang kita gunakan sekarang ini.
Ia menetapkan bahwa semua tahun yang dapat dibagi empat adalah tahun kabisat kecuali tahun abad.
Kalau tahun abad, ia harus habis dibagi 400 agar dapat dianggap sebagai tahun kabisat, teman-teman.
Jadi, meskipun tahun 2000 adalah tahun kabisat, tahun 2100, 2200, dan 2300 tidak jadi tahun kabisat.
Baca Juga: Mengapa Bulan Februari jadi Bulan Terpendek dalam Satu Tahun?
----
Kuis! |
Mengapa Google Doodle menggunakan simbol katak? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR