Pada bulan Maret lalu, para ilmuwan menuliskan penelitian bahayanya sampah antariksa di masa depan, dan dipublikasi di Jurnal Science.
Namun, perusahaan swasta terus meluncurkan sejumlah satelit baru ke orbit setiap tahun.
Tidak hanya pecahan satelit yang rusak, serpihan cat kecil yang terkelupas dari roket juga bisa menjadi sampah antariksa.
Badan Antariksa Eropa melacak lebih dari 29.000 keping sampah antariksa yang lebih besar dari bola softball.
Sementara itu, ada lebih dari 100 triliun serpihan sampah antariksa yang tidak terlacak di orbit Bumi.
Bisa Bergerak di Angkasa
Sampah-sampah ini bisa bergerak dengan kecepatan tinggi dan membahayakan satelit atau pesawat antariksa yang masih beroperasi.
Akan tetapi, semakin tinggi posisi puing-puing sampah antariksa, maka semakin lama pula sampah tersebut berada di orbit Bumi.
Jadi, sampah antariksa memang bisa jatuh ke Bumi dalam waktu yang tidak bisa ditentukan secara pasti.
Misalnya, puing sampah dengan posisi ketinggian di bawah 600 kilometer biasanya dapat jatuh ke Bumi dalam beberapa tahun.
Sementara puing di ketinggian 800 kilometer, dapat jatuh dalam waktu beberapa abad.
Baca Juga: Edwin Aldrin, Orang Pertama yang Berhasil Ber-swafoto di Antariksa
Source | : | space.com,Livescience |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR