Bobo.id - Di alam liar, ada banyak hewan yang jarang kita temui. Menariknya, hewan-hewan itu memiliki penampilan menarik.
Yap, ada beberapa hewan liar yang memiliki warna tubuh yang mencolok sehingga terlihat cantik di tengah hutan
Warnanya yang cantik dan mencolok ini terkadang membuat kita merasa tertarik untuk melihat mereka lebih dekat.
Padahal, warna tubuh hewan, terutama yang mencolok, justru sering dimiliki oleh hewan yang beracun dan berbahaya, lo.
Wah, memangnya kenapa hewan beracun cenderung punya warna mencolok, Bo? Simak informasinya berikut ini, yuk!
Sebagai Sistem Pertahanan Diri
Umumnya, hewan yang hidup di alam liar akan berusaha keras untuk melakukan kamuflase menyerupai pohon.
Yap, kamuflase itu dilakukan agar hewan-hewan itu tidak terlihat oleh pemangsa atau hewan yang akan dimangsa.
Namun, hal ini tak berlaku bagi hewan beracun yang punya warna tubuh yang sangat mencolok, teman-teman.
Sebab, para hewan beracun itu justru sangat percaya diri dengan warna tubuhnya karena tak akan dimangsa.
Padahal, warnanya sangat mencolok sehingga bisa lebih mudah diburu predator. Kenapa bisa disebut aman, Bo?
Baca Juga: Kenapa Hewan Liar Tidak Boleh Dipelihara di Rumah? Ini Alasannya
Ternyata, ini karena sistem pertahanan diri unik yang mereka miliki. Konsep ini justru berkebalikan dengan kamuflase.
Mereka justru sengaja memperlihatkan warna mencolok pada predator seakan berkata, "jangan berani memakanku!"
Perlu diketahui, sistem pertahanan seperti ini dalam dunia sains ada istilahnya. Namanya adalah aposematisme.
Mengenal Aposematisme
Bersumber dari Animal Wised, aposematisme pada hewan adalah konsep evolusi yang dialami oleh predator atau mangsa.
Warna mangsa yang semula dianggap biasa, lambat laut berubah jadi peringatan bagi pemangsa agar tidak mendekat.
Seperti kita yang selalu belajar, ternyata sistem pertahanan diri ini juga didasari oleh kemampuan predator belajar.
Ketika mencoba memakan hewan aposematisme dan berakhir beracun, tentu mereka tak berani melakukannya lagi.
Informasi terkait hewan dengan warna mencolok ini akan terus diwariskan sehingga tahu kalau mangsanya beracun.
Konsep inilah yang kemudian disebut para ilmuwan sebagai sinyal berbahaya yang ditunjukkan secara alami.
Bahkan, ternyata di banyak kasus, semakin cerah dan mencolok warnanya, makin mematikan racun yang dimiliki.
Baca Juga: Hari Satwa Liar Sedunia Diperingati Tiap 3 Maret, Bagaimana Sejarahnya?
Meniru Konsep Aposematisme
Seiring berjalannya waktu, konsep aposematisme makin berkembang. Bahkan, ada yang meniru konsep ini, lo.
Bersumber dari Animal Wised, proses meniru ini terbagi jadi dua yakni mullerian mimicry dan batesian mimicry.
Mullerian mimicry adalah proses ketika hewan dengan spesies berbeda meniru warna dan corak hewan aposematisme.
Karena tahu kalau warna dan corak itu ditakuti oleh predator, mereka meniru agar terhindar dari masalah serupa.
Spesies ini punya warna serupa dan sama-sama beracun sehingga bisa memperkuat informasi tentang warna itu.
Hal ini tentu membuat predator dapat belajar lebih cepat dan makin menjauhi corak dan warna itu. Keren, ya!
Nah, kalau batesian mimicry adalah proses meniru warna dan corak yang dilakukan oleh hewan tidak beracun.
Agar adaptasi aposematisme ini bisa terus berjalan, hewan yang beracun harus lebih banyak dari hewan meniru.
Sebab, jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka lambat laut predator lebih sering mendapatkan hewan peniru.
Akhirnya, predator tahu bahwa warna mencolok itu tidak beracun sehingga bisa bikin adaptasi ini menjadi gagal.
Nah, itulah alasan mengapa hewan beracun cenderung memiliki warna yang mencolok. Semoga bermanfaat, ya!
Baca Juga: Sudah Tinggal di Teras Selama 3 Tahun, Akhirnya Kodok Ini Punya Rumah Sendiri
----
Kuis! |
Apa tujuan dari kamuflase? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR