Bobo.id - Belakangan ini, mata seluruh masyarakat dunia tertuju pada pesta olahraga terbesar di dunia. Yap, Olimpiade 2024!
Apalagi, kabar terbarunya, ada dua atlet dari Indonesia yang berhasil mendapatkan medali emas. Wah, keren, ya.
Ketika medali emas didapatkan atlet Indonesia, maka lagu kebangsaan kita "Indonesia Raya" akan dikumandangkan di sana.
Tak hanya itu, atlet peraih olimpiade juga akan naik ke podium untuk dikalungi medali yang mereka menangkan.
Setelah mendapat medali, para peraih medali emas sering terlihat menggigit medali mereka saat sedang berfoto.
Pose foto menggigit medali emas ini ternyata tidak terbatas pada satu cabang olahraga atau negara tertentu saja.
Kak Rizki Juniansyah, atlet angkat besi Indonesia peraih medali emas, juga menggigit medali emasnya saat foto.
Hmm, kira-kira kenapa atlet olimpiade sering menggigit medali emasnya saat berfoto, ya? Cari tahu bersama, yuk!
Alasan Gigit Medali Emas Olimpiade
Tahukah teman-teman? Ternyata tindakan menggigit emas itu sudah ada sejak tahun 1800-an di California, AS.
Tujuan emas digigit adalah untuk memeriksa keaslian emas saat logam mulia tersebut dipakai sebagai mata uang.
Baca Juga: Sukses! 2 Emas Pertama Indonesia di Olimpiade Paris Berhasil Diraih
Emas asli punya material lembut. Untuk itu, emas diyakini akan penyok kalau ditekan dan meninggalkan bekas saat digigit.
Sebaliknya, bersumber dari Kompas.com, emas yang palsu akan membuat gigi terasa sakit saat kita menggigitnya.
Pada olimpiade 1904-1912, medali emas murni diberikan. Sebab, saat itu emas jadi logam populer bagi masyarakat.
Jika saat itu para atlet menggigit medali, maka tujuannya adalah memeriksa apakah medalinya terbuat dari emas asli.
Namun, itu bukan jadi alasan atlet menggigit medali emasnya saat ini. Sebab, medali tak lagi terbuat dari emas murni.
Setelah 1912 hingga sekarang, medali emas untuk olimpiade terbuat dari perak dengan lapisan emas, teman-teman.
Presiden Internation Society of Olympic menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan atlet karena permintaan fotografer.
Fotografer menilai pose seperti itu akan menghasilkan foto yang ikonik. Yap, jadi sesuatu yang mungkin bisa dijual.
Tak hanya atlet yang mendapat medali emas, atlet peraih medali perak dan perunggu juga mengikuti kebiasaan ini.
Lebih lanjut, seorang profesor dari Temple University, Frank Farley, memiliki pendapat berbeda tentang kebiasaan ini.
Ia beranggapan kalau menggigit medali dilakukan para atlet sebagai bentuk hubungan emosional atlet dengan prestasi.
Baca Juga: Ada 3 Pertandingan, Ini Jadwal Indonesia di Olimpiade Paris 2024 pada 8 Agustus
Sebab, sama seperti sidik jari yang dimiliki oleh manusia, gigitan gigi juga merupakan suatu tanda yang otentik, lo.
Fakta Menarik Medali Olimpiade
Perlu diketahui, medali dalam setiap penyelenggaraan olimpiade ini bukan sekedar penghargaan. Lalu apa, Bo?
Ada simbol kebanggaan, prestasi, dan dedikasi bagi para atlet. Tak jarang, medali bisa mengubah hidup sang atlet.
Di tiap olimpiade, medali punya desain dan makna yang unik. Simak fakta menarik medali Olimpiade Paris 2024 ini, yuk!
- Ada potongan besi Menara Eiffel di tiap medalinya.
- Medali tak hanya jadi simbol kejayaan, tetapi juga perhiasan.
- Gambar segi enam di medali jadi simbol pengingat keterlibatan seluruh negara.
- Gambar cahaya bermakna atlet tampil gemilang dan cemerlang.
- Gambar medali bagian belakang menceritakan kisah kelahiran kembali Olimpiade.
Nah, itulah alasan mengapa atlet olimpiade sering menggigit medali emasnya saat berfoto. Semoga bisa bermanfaat!
Baca Juga: Mengenal Renang Artistik dalam Olimpiade, Sejak Kapan Dikompetisikan?
----
Kuis! |
Siapa atlet angkat besi Indonesia yang mendapat medali emas? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR