Bobo.id - Akhir-akhir ini, risiko terjadinya gempa megathrust masih menjadi sorotan di Indonesia.
Apakah teman-teman sudah tahu apa itu gempa megathrust?
Menurut Badan Meteorologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG), gempa megathrust yaitu sumber gempa di zona tumbukan lempeng, atau tempat bertemunya dua lempeng tektonik.
Gempa megathrust adalah gempa bumi berkekuatan besar yang bisa sebabkan tsunami.
Kalau gempa megathrust terjadi, kita di permukaan Bumi bisa merasakan guncangan yang sangat kencang.
Sebenarnya, gempa megathrust bukanlah bentuk prediksi bencana dari BMKG, teman-teman, melainkan pengingat yang berguna untuk masyarakat.
Nah, ada beragam jenis faktor yang dapat meningkatkan risiko gempa bumi, salah satunya perubahan permukaan laut dan pencairan gletser akibat perubahan iklim.
Pada artikel ini, Bobo akan mengajak teman-teman mencari hubungan antara gempa dan perubahan iklim.
Yuk, simak!
Gempa Bumi yang Misterius
Setiap bencana alam tidak bisa kita prediksi waktu terjadinya, termasuk gempa bumi yang misterius.
Baca Juga: Ada 4 Daerah di Jawa Tengah Berisiko Alami Gempa Megathrust, Mana Saja?
Hingga saat ini, manusia belum menemukan teknologi atau alat canggih yang bisa memberi tahu kita lebih dulu tentang peringatan bencana gempa.
Menurut penelitian ilmuwan, perubahan iklim juga menyebabkan meningkatnya risiko bencana alam. Apakah ini juga berlaku pada gempa bumi?
Bersumber dari Livescience, jenis gempa terbesar dan paling berbahaya adalah gempa tektonik.
Gempa tektonik dapat terjadi karena tabrakan atau interaksi antara lempengan batuan berukuran besar yang menyusun kerak bumi.
Di pusat Bumi, ada suhu panas yang secara alami dapat menyebabkan lempeng-lempeng ini bergerak sekitar 1,5 cm per tahun dan memicu gesekan.
Perubahan iklim dapat memengaruhi waktu dan intensitas besar goncangan saat gempa, teman-teman.
Ketika terjadi pemanasan global, maka gletser dapat mencair dengan lebih cepat, menyebabkan air mengalir ke lautan, lalu meningkatkan permukaan laut.
Saat permukaan air laut naik, tekanan di bawah air di dasar laut meningkat. Akibatnya tekanan pada garis patahan di dekat pantai juga meningkat.
Ini dapat menyebabkan daratan di sekitar laut bergerak atau bergoncang.
Mengenal Perubahan Iklim
Bersumber dari Science Alert, perubahan iklim biasanya membutuhkan waktu hingga satu dekade lebih, tidak seperti perubahan cuaca yang bisa berubah dalam hitungan minggu bahkan hari.
Baca Juga: Oarfish Muncul di Permukaan Laut, Benarkah Tanda Akan Terjadi Gempa?
Ketika terjadi perubahan iklim, maka suhu lingkungan akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya suhu di perairan.
Menurut National Geographic, perubahan iklim juga bisa meningkatkan risiko penyakit yang dapat ditularkan lewat air seperti kolera, demam tifoid, dan parasit.
Ada banyak dampak negatif yang dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim, salah satunya global warming.
Setiap manusia, termasuk kita anak-anak, juga perlu tahu tentang fakta ini agar memahami bahwa terjadinya perubahan iklim juga disebabkan oleh tindakan manusia.
Oleh karena itu, untuk mengurangi dampaknya, kita juga harus belajar mengenal tanda-tanda perubahan iklim yang terjadi di lingkungan.
----
Kuis! |
Apa itu megathrust? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Keren! Anak-anak Jenius Ciptakan Kota Ramah Lingkungan Lewat Game di National Coding Competition 2024
Source | : | Livescience |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR