Mirip Namun Asing
Seorang ahli genetika molekuler di Carreras Leukaemia Research Institute di Spanyol, Manel Esteller pernah meneliti dua orang asing yang mirip pada tahun 1999.
Manel menghabiskan empat tahun bersama timnya untuk mengumpulkan informasi dan menghubungkan data genetik dua orang asing yang kembar ini.
Hasil penelitian tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2022.
Wajah kedua orang tersebut sudah diuji melalui tiga algoritma yang sama oleh polisi, dan menunjukkan bahwa mereka kembar identik.
Faktanya, setiap orang bisa mengalami perubahan kimiawi pada DNA dan pengaruh mikrobioma yang bisa membuat penampilannya berubah seiring waktu.
Inilah yang menyebabkan kemiripan genetik bisa terjadi pada semua orang tanpa adanya hubungan biologis.
Penampilan kita dipengaruhi oleh rangkaian genetik, yang bisa mengatur dan memengaruhi struktur tulang dan warna kulit.
Namun pada sebagian orang, variasi rangkaian genetik ini bisa terjadi dengan cara yang sama, sehingga muncul orang-orang asing yang sangat mirip.
Jadi, bukan tidak mungkin kita bisa menemukan seseorang yang sangat mirip dengan diri kita di belahan dunia lain.
Unik, ya!
Baca Juga: Gunung Fuji Kehilangan Salju di Puncaknya, Apa Penyebab Fenomena Ini?
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR