Hari berikutnya waktu pelajaran Olah Raga, Pak Harli mengajak anak-anak lari keliling lapangan sepak bola lima kali. Anak-anak langsung mengeluh.
“Dua kali saja, Pak. Daripada kami nanti pingsan,” tawar Wiwin.
“Tidak. Pokoknya lari keliling lima kali. Kalau sudah benar-benar tidak kuat, kalian boleh berhenti. Tapi untuk anak yang menyelesaikan lima putaran, dan berada di urutan terdepan, akan Bapak berikan bonus.”
“Bonusnya apa, Pak?” tanya Tama penasaran.
“Wah, rahasia dong! Yang jelas, kalian pasti suka!” jawab Pak Harli sambil memamerkan senyum misteriusnya.
Anak-anak pun berlari mengikuti Pak Harli berkeliling lapangan sepak bola. Sampai putaran kedua, mereka masih kuat bertahan. Namun, mulai putaran ketiga, mereka mulai menyerah satu persatu. Pada putaran kelima, tinggal lima anak yang masih bertahan, termasuk Otong.
“Wah, Otong hebat, ya! Badannya gendut, tapi kok kuat lari sejauh itu?” komentar Tantri sambil bersandar kelelahan di tepi lapangan.
Tiba-tiba terdengar teriakan Tama, “Hai, hebat! Otong nomor satu!”
“Hah? Si Otong Gendut paling depan? Kok bisa?” Wiwin membelalakkan mata. Tadi ia terkantuk-kantuk, jadi tidak memperhatikan Otong yang telah memimpin lari. Saat Otong mendekati mereka, mereka pun berebut bertanya.
“Tong, kamu kok bisa bertahan lima putaran?”
“Jangan salah ya! Aku kan tiap pagi lari keliling kompleks. Jadi tadi nggak ada masalah,” ujar Otong sambil mengatur napasnya.
Baca Juga: Cerpen Anak: Nasihat Iko
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR