Mereka adalah anak-anak anggota klub Pecinta Mangrove Teluk Kiluan, Lampung. Anak-anak penjaga mangrove bertekad melestarikan dan menjaga mangrove agar bisa menjadi rumah bagi kawanan ikan.
Penjaga Mangrove
Hari itu, cuaca di desa nelayan Teluk Kiluan cerah sekali. Para wisatawan yang baru pulang menyaksikan lumba-lumba Teluk Semaka, sedang jalan-jalan sambil menikmati semilirnya angin pantai yang menyelusup di antara pepohonan hutan mangrove.
“Silakan mampir di rumah kami,” tiba-tiba terdengar teriakan anak-anak dari balik sebuah gubug.
Baca ini juga, yuk: Anak Sumba dan Kuda Kesayangannya
Anak-anak keluar dari gubug untuk menyalami tamunya. Mereka adalah anak-anak anggota klub Pecinta Mangrove Teluk Kiluan. Hari itu, mereka sedang mengamati hutan mangrove dan belajar cara melestarikan hutan mangrove bersama pembimbingnya, Pak Amin.
Anak-anak penjaga mangrove adalah anak-anak yang secara suka rela mau belajar melestarikan hutan mangrove di Teluk Kiluan. Di tangan mereka, kelestarian hutan mangrove di sepanjang pantai Kiluan disandarkan. Di tangan mereka, terletak nasib nelayan Kiluan.
Rumah Bagi Ikan
Tahukah, kenapa anak-anak nelayan Teluk Kiluan harus melestarikan hutan mangrove? Ya, karena hutan mangrove merupakan tempat yang aman bagi ikan-ikan untuk bertelur dan membesarkan anak-anaknya.
Anak-anak ikan ini kalau sudah besar akan ke laut. Di sanalah nelayan bisa mendapatkan banyak ikan. Kalau hutan mangrove di Teluk Kiluan rusak, ikan tak mau lagi bertelur sehingga nelayan Teluk Kiluan akan sulit mendapatkan ikan.
“Maukah kamu sebagai anak nelayan, untuk makan ikan saja harus membeli ikan dari daerah lain?” tanya Pak Amin kepada anak-anak penjaga mangrove.
“Tidak mau, Pak!” jawab anak-anak.
“Nah, supaya ikan di Teluk Kiluan banyak dan bisa dijual untuk biaya sekolah, kita harus menjaganya,” tegas Pak Amin.
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR