“Kakek, Kakek mau kasih hadiah apa kalau Lila ulang tahun?” tanya Lila pada Kakek sore hari itu.
Kakek yang sedang duduk membaca buku, menutup bukunya. Ia menatap Lila, gadis kecil yang manis ceria. Lila juga menatap Kakek yang rambutnya sudah putih sambil tersenyum dan hati penuh harap.
Kakek tersenyum, bola matanya bergerak jenaka dan menjawab, “Anak usia 10 tahun sudah tak perlu hadiah. Lagi pula sekarang krisis moneter, siapa yang mau buang-buang uang beli hadiah?”
“Aaah, tega benar Kakek ini!” Lila merajuk.
“Kalau tidak diberi hadiah, nanti Lila tak mau panggil Kakek lagi.”
Kakek tertawa geli. “Biar saja. Mau panggil Oom atau Mas juga boleh, kok. Siapa takut?” kata Kakek.
Percakapan itu terhenti begitu saja karena Lila disuruh mandi oleh Ibu. Beberapa hari kemudian Lila ulang tahun dan memang tak ada hadiah dari Kakek, karena hari itu Kakek meninggal. Namun, dua hari kemudian Lila menerima paket besar dari Pak Pos. Ketika dibuka, isinya satu set ensiklopedia, tiga buku tebaaal sekali. Ada kartu ulang tahun untuk Lila.
Lila terkejut, kemudian meneteskan air mata ketika ingat bahwa Kakek sudah meninggal. Dan memang ia tak bisa memanggil Kakek lagi, karena Kakek sudah tidak ada di dunia ini. Lila duduk termenung di kursi di ruang tamu dengan perasaan sedih. Ketiga buku tebal itu diam membisu seolah tak mau mengganggu pemiliknya yang sedang berduka. Berulang-ulang Lila membaca kartu ulang tahun dari Kakek.
Lila sayang,
Selamat ulang tahun ke-10. Kakek hanya bisa mengantarmu naik bus kota keliling Jakarta. Tapi buku ini akan membawamu ke seluruh dunia, ke dunia ilmu pengetahuan, dunia tumbuh-tumbuhan,hewan, teknologi, dan sebagainya. Bacalah dan nikmati.
Salam sayang,
Kakek (Masih dipanggil Kakek, kan? Bukan Mas atau Oom?)
Lila tersenyum. Ia merasakan kasih sayang Kakek. Kakeklah yang selalu mengajak Lila naik bus kota, sehingga Lila tahu di mana letak Grogol, Blok M, Tanjung Priok dan tempat-tempat lain. Kakek suka bergurau, Kakek begitu dekat di hati Lila.
Banyak cerita yang Lila dengar dari Kakek. Misalnya cerita tentang kenakalan Kakek memanjat pohon jambu tetangga. Kemudian Kakek berkata, “Anak zaman sekarang payah, tak bisa memanjat pohon, bisanya naik eskalator di pertokoan!”
Dan Lila membalas, “Anak zaman dulu payah, tak bisa main komputer!”
“Wong, zaman dulu komputernya tidak ada!” Kakek tak mau kalah, ”Coba kalau ada, pasti bisa!” “Wong, pohon jambu tetangga tak ada. Kalau ada, Lila pun bisa memanjat pohon!” Lila juga tak mau kalah. Akhirnya mereka berdua tertawa. Tak ada yang menang atau kalah.
Tapi Lila paling terkesan ketika Lila kehilangan piala. Waktu kelas tiga Lila ikut lomba tari mewakili sekolah. Kemudian ia menang, meraih juara ke-2 dan mendapat piala. Piala itu disimpan di lemari Kepala Sekolah. Kalau Lila lulus SD, nanti akan diberikan.
Suatu ketika pencuri masuk dan barang-barang di ruang Kepala Sekolah dicuri termasuk piala Lila. Wah, Lila sangat sedih waktu itu.
“Pencuri itu terlalu. Untuk apa, sih, curi piala? Bagi Lila piala itu sangat berarti, bagi dia kan tidak seberapa harganya!” Lila mengomel dan berkeluh kesah pada Kakek.
Waktu itu Kakek menatap Lila dengan perasaan kasihan.
“Kamu benar, Lila. Piala itu sangat berarti bagimu. Pencuri bisa merampas piala, tapi ia tak bisa mengambil perasaan kemenangan waktu kamu meraih juara. Kenangan manis itu tetap tersimpan di hatimu dan tak seorang pun dapat mengambilnya. Coba, kenanglah saat kamu mengikuti lomba tari!” nasihat Kakek.
Kemudian Lila mengenang saat ia mengikuti lomba tari, saat menunggu pengumuman pemenang, saat ia menerima piala, saat orang-orang bertepuk tangan, saat guru dan kawan-kawan memberi selamat dan memeluknya. Oh, betapa indahnya! Benar, piala bisa hilang, tapi kenangan manis tak bisa hilang. Dan tiba-tiba satu pengertian baru muncul di benak Lila. Kakek sudah tak ada, Lila tak bisa lagi menatap kerut wajahnya atau matanya yang bergerak-gerak jenaka.
Namun kenangan manis bersama Kakek akan tetap ada di hatinya. Perasaan senang timbul saat kenangan-kenangan itu diingat kembali.
“Terima kasih, Kakek!” kata Lila dalam hati dan ia pun mulai membuka ensiklopedia itu. Siap menjelajah dunia ilmu pengetahuan. Dan perasaan sedihnya merayap pergi entah ke mana
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Cara Bersikap terhadap Barang yang Dipakai, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | YANTI |
KOMENTAR