Dalam pesta pernikahan adat Minangkabau, ada beberapa benda yang menjadi ciri khas. Mulai dari baju kurung, hingga suntiang yang merupakan hiasan cantik di atas kepala Anak Daro (pengantin wanita).
Makna suntiang
Suntiang dalam adat Minang sekaligus menjadi lambang beratnya tanggungjawab yang akan diemban seorang wanita setelah menikah.
Suntiang gadang dan suntiang ketek
Suntiang berasal dari daerah Padang dan Pariaman. Hiasan yang diletakkan di atas kepala pengantin wanita ini memiliki tingkatan lebih dari satu dan jumlahnya harus ganjil.
Rata-rata masyarakat Minangkabau menggunakan suntiang 7 tingkat untuk hiasan kepala pengantin wanita, tapi ada pula yang lebih. Sedangkan tingkatan yang lebih sedikit (misalnya 3 atau 5 tingkat) digunakan untuk hiasan kepala pasumandan atau pendamping pengantin wanita, disebut juga sebagai suntiang ketek.
Memiliki ciri yang berbeda di tiap daerah
Meski semua masyarakat Minang memang menggunakan suntiang untuk upacara pernikahan adat mereka, tetapi tiap daerah di Sumatera Barat memiliki perbedaan-perbedaan tertentu dalam menyusun rangkaian suntiang. Misalnya suntiang yang berasal dari Solok dirangkai tanpa kawat. Ada pula suntiang yang sekaligus memiliki mahkota, ini biasanya berasal dari Tanah Datar. Suntiang Kambang asal Pariaman adalah yang paling sering digunakan.
Susunan sebuah suntiang
Sebuah suntiang terdiri dari berbagai jenis benda yang dihias sedemikian rupa sehingga bisa membentuk satu kesatuan yang indah. Ada bungo sarunai, yang biasa disusun hingga 5 lapis. Kemudian ada bungo gadang yang juga terdiri antara 3-5 lapis. Sedangkan hiasan yang berada paling atas adalah kembang goyang.
Ada pula hiasan yang diatur sehingga tampak jatuh di sebelah kanan dan kiri wajah Anak Daro. Bagian ini disebut sebagai kote-kote.
Mulanya terbuat dari besi dan aluminium
Pada masa lalu, suntiang adalah benda yang sangat berat untuk dikenakan di atas kepala, apalagi seorang pengantin harus mengenakannya selama berjam-jam hingga pesta pernikahan selesai. Berat sebuah suntiang gadang bisa mencapai 5 kilogram. Tetapi, seiring perkembangannya kini banyak suntiang gadang yang tidak terlalu berat sehingga bisa lebih nyaman ketika dikenakan di atas kepala pengantin perempuan.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR