"Kak Weni belum mandi. Vina sudah mandi?" tanya Weni.
"Sudah. Tapi Vina belum makan. Vina maunya makan disuapi Kak Weni sambil nonton video!" kata Vina. "Kak Weni sekarang mandi, tapi yang cepat yaaa!"
"lya, Kak Weni mau mandi. PR-nya sudah dibuat belum, ayooo?" tanya Weni.
Vina tertawa. Giginya yang putih kecil-kecil dan lesung pipitnya tampak. Dun, manisnya. Weni tidak tahan dan dengan gemas mencubit pipi Vina.
"Nah, ketahuan. Vina belum buat PR, ya?" Weni menegaskan.
"lya, buat PR nya nanti saja, tunggu Kak Weni datang!" Vina mengaku.
Weni merasa senang. Ia merasa sangat dibutuhkan oleh Vina.
"Oh, jangan begitu. Sekarang Vina pulang dulu dan buat PR-nya. Nanti kalau sudah selesai Kak Weni periksa!" kata Weni.
Vina dan susternya pergi. Ibu segera berkata, "Wen, kamu lupa. Nanti sore Frida ulang tahun, kan! Bukankah kita semua mau pergi ke sana?"
"Tidak, Bu. Kali ini aku tidak ikut. Tolong sampaikan saja salamku pada Frida!" Weni menolak. "Aku mau menemani Vina!"
Ibu menggeleng-gelengkan kepala.
"Frida, kan, saudara sepupumu. Masak kamu tidak mau datang ke pesta ulang tahunnya? Terus terang persahabatan kamu dan Vina sudah tidak sehat. Vina makin manja dan tergantung padamu. Kamu sendiri mengorbankan keinginan belajar tari Bali demi Vina!" tegur Ibu.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR