Pak Abdul dan Pak Rojali bertetangga dan bersahabat. Halaman rumah mereka yang luas, bersebelahan. Dibatasi pagar bambu jarang dan ditandai pohon jarak di perbatasan sebelah depan rumah mereka. Kedua orang ini terkenal baik hati, dan suka menolong masyarakat desa.
Suatu pagi, saat Pak Abdul akan berangkat ke sawah, ia melihat pagar pembatas rumahnya bergeser masuk setengah meter. Itu artinya halaman rumahnya jadi lebih sempit, sedangkan halaman rumah Pak Rojali jadi lebih lebar. Pohon jarak pun sudah berada di halaman rumah Pak Rojali.
“Aneh! Berarti semalam ada orang yang memindahkannya!” pikir Pak Abdul. Mula-mula ia menduga Pak Rojali yang membuat ulah. Tapi rasanya tak mungkin. Karena Pak Rojali adalah sahabat yang baik.
Pak Abdul meletakkan cangkulnya, dan berkunjung ke rumah Pak Rojali.
“Aku mau ke sawah, tapi ada kejadian aneh. Coba lihat pagar pembatas halaman kita!” ujar Pak Abdul.
Saat menyaksikan pagar pembatas halaman sudah pindah, Pak Rojali menggeleng-gelengkan kepala.
“Waaah, betul-betul aneh, ya, Pak Abdul! Bukan aku yang melakukannya. Pasti ada orang yang iseng. Begini saja, hari ini akan kupindahkan pagar itu ke tempat semula!” kata Pak Rojali.
“Ah, aku tahu Pak Rojali tidak bersalah. Begini saja, kita akan bekerja berdua sore nanti sepulangku dari sawah!” kata Pak Abdul.
Maka sore hari itu Pak Abdul dan Pak Rojali memindahkan pagar sampai ke tempat semula.
Esok harinya, Pak Rojali yang heran. Kini pagar pembatas itu sudah bergeser lagi. Kali ini halaman rumah Pak Rojali yang jadi sempit. Sebab pagar itu bergeser masuk setengah meter ke halaman rumahnya. Pohon jarak pembatas kini berada di halaman rumah Pak Abdul.
“Pasti ada orang yang mau memecah persahabatan kita!” kata Pak Abdul.
“Begini saja, Pak. Nanti sore kita pindahkan pagar pembatas itu. Dan malamnya kita intai siapa orang usil yang memindahkan pagar pembatas halaman!” usul Pak Rojali.
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR