Kue cubit termasuk jenis kue dan camilan yang mudah dijumpai. Baru-baru ini, banyak sekali variasi rasa kue cubit yang dikembangkan oleh masyarakat. Tetapi, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa kue mungil yang lezat ini berakar dari makanan Belanda!
Apa itu kue cubit?
Ada banyak jenis kue dan jajanan yang populer di Jakarta, salah satunya adalah kue imut bernama kue cubit. Kue ini berukuran kecil dan diameternya hanya sekitar 4 sentimeter saja. Biasanya, kue cubit dijajakan pedagang kaki lima, baik di tempat-tempat umum, sekolah, maupun tempat lain yang ramai pengunjungnya.
Sebenarnya, kue ini terbuat dari adonan terigu dan susu, kemudian dimasak dan ditambahkan berbagai topping seperti keju atau cokelat tabur. Harganya juga tergolong murah meriah. Rasanya pun enak dan manis, sehingga membuat banyak orang menyukai jajanan ini.
Asal-usul kue cubit
Tidak ada informasi jelas mengapa kue ini kemudian dinamakan kue cubit, meski beberapa orang meyakini bahwa nama ‘kue cubit’ berasal dari proses pembuatannya. Adonan kue cubit dimasukkan ke dalam cetakan-cetakan kecil, kemudian dimasak. Nah, setelah matang, pedagang kue cubit akan ‘mencubit’ kue-kue tersebut menggunakan alat pencapit. Dari sanalah istilah ‘kue cubit’ berasal.
Berakar dari makanan khas Belanda
Tetapi ada satu hal yang unik dari kue cubit ini, teman-teman. Konon katanya, kue cubit berakar dari kuliner khas Belanda. Memang waktu pemerintah Belanda menguasai negeri kita, mereka meninggalkan beberapa tradisi salah satunya adalah kuliner. Banyak sekali kue-kue yang sekarang kita kenal, ternyata merupakan kuliner asli Belanda, seperti kue kaasstengels, kroket, lapis legit, hingga kue cubit ini!
Kue cubit memiliki bentuk dan cara pembuatan yang sama dengan sebuah panganan favorit masyrakat di Negeri Belanda, namanya poffertjes.
Banyak variasi rasa
Kini, seiring berkembangnya zaman, kue cubit tak hanya memiliki toping cokelat atau keju. Banyak yang mulai mencoba membuat variasi dari kue cubit. Misalnya, ada kue cubit KitKat, kue cubit greentea, atau kue cubit Nutella.
Teman-teman pernah mencobanya?
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR