Sudah beberapa hari Nenek sakit. Ia tidak mau makan kecuali makan cokelat. Bobo akhirnya mengantarkan Nenek ke Dokter. “Ibu tidak boleh makan yang manis-manis,” kata Pak Dokter setelah selesai memeriksa.
“Tapi kalau cokelat boleh kan?” tanya Nenek. “Apalagi cokelat!” tegas Pak Dokter. “Hah?” Nenek kaget sekali. Ia langsung muram. Nenek kan suka sekali makan cokelat.
Di rumah, Emak mengurangi masakan yang manis-manis. “Nih, Mbul! Habiskan semua kuenya,” Emak memberikan kue-kue kepada Paman Gembul. “Hap! Hap! Hap!” Paman Gembul makan dengan lahap dan senang.
“Ini juga dimakan saja, Paman,” Bobo mengeluarkan cokelat dari lemari es. “Asssyyyiiik!” Paman Gembul sudah mau mengambil cokelat “Eeeh! Jangan!” cegah Nenek. “Simpan saja. Nanti Nenek makan setelah Nenek sembuh.”
Bobo ragu-ragu. “Sudah, simpan saja, Bo,” sela Bapak akhirnya. Ternyata Nenek tidak tahan tidak makan cokelat. Sebentar-bentar Nenek tetap makan cokelat. “Nenek bisa tak sembuh-sembuh kalau begini,” bisik Coreng.
Aha! Untung Bobo punya akal. Ia mengambil sebuah botol dari lemari es. Kemudian diam-diam mengolesi cokelat milik Nenek.
“Cokelat ini kok pedas ya? Tidak enak!” Nenek kaget ketika melahap cokelat. “Uuuh…. Mungkin sudah rusak, Nek,” jawab Coreng bingung. “Terpaksa Nenek tidak makan cokelat dulu,” keluh Nenek sambil membuang cokelat ke tong sampah. Hihi … diam-diam Bobo menyembunyikan botol itu.
Sumber: Arisp Bobo, Cerita: aLiNy, Ilustrasi: Rudi
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR