Banyak orang mengira bahwa keju berasal dari negara barat saja, teman-teman. Tetapi ternyata Indonesia juga memiliki keju khasnya sendiri, lo. Keju ini berasal dari Enrekang, Sulawesi Selatan.
Terbuat dari fermentasi susu sapi
Ternyata bukan hanya negara-negara barat saja yang memiliki makanan berupa keju, lo, teman-teman. Indonesia juga memiliki keju khasnya sendiri, tepatnya dari Kabupaten Enrekang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Keju bernama Dangke ini terbuat dari fermentasi susu sapi yang dicampur getah pepaya dan juga garam hingga adonannya kental kemudian disaring dan dicetak dalam tempurung buah kelapa. Di Kabupaten Enrekang sendiri, keju dangke sudah menjadi makanan khas mereka sejak lama, tepatnya sejak tahun 1990.
Dan keju ini juga tidak mengandung bahan pengawet apa pun, lo. Sebab merupakan olahan tangan masyarakat, bukan produk dari pabrik tertentu.
Sudah sampai negara tetangga
Keju dangke sudah tersedia hampir di seluruh restoran atau tempat makan di Kabupaten Enrekang, teman-teman. Jadi, jika teman-teman berkunjung ke sana, akan lebih muda menemukan dangke.
Meski demikian, ternyata dangke juga sudah sampai ke negara-negara tetangga seperti Malaysia. Bahkan, lebih jauh lagi, dangke juga sudah dijual di Jepang. Makanan ini termasuk salah satu makanan ekspor sebab disukai wisatawan asing. Wah!
Bisa dimakan dengan nasi
Meski sama-sama keju, tetapi dangke memiliki sedikit perbedaan dengan keju dari negara barat. Jika keju di negara barat seringnya dimakan dengan roti atau sejenisnya, maka dangke asal Sulawesi Selatan yang memiliki rasa gurih ini biasanya dijadikan teman makan nasi, atau diolah kembali menjadi dangke bakar, dangke goreng, dijadikan bakso, sup, dan berbagai jenis variasi lainnya.
Termasuk makanan bergizi
Selain itu, dangke dinilai sebagai makanan yang cukup bergizi di daerah asalnya, dan dibanderol dengan harga yang agak tinggi. Per buahnya, keju dangke dihargai sekitar Rp 20.000,- ! Tetapi, dangke merupakan makanan yang tahan lama. Umumnya, sebuah keju dangke bisa bertahan hingga 1 bulan, teman-teman.
Penulis | : | Petronela Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR