“Raaaniiiii,” panggil seseorang. Ia mengenali orang itu, dia teman Ibu yang juga berjualan di pasar ini.
“Kok sendirian Ran, Ibu mana? Sudah lama bibi tidak lihat,” kata Bi Atun.
“Ibu sakit Bi. Rani mau jualan supaya dapat uang untuk berobat Ibu,” kata Rani berharap Bi Atun bisa membantu. Bi Atun pun bergegas menggiring Rani. “Hayo ikut bibi saja Ran, jangan berkeliaran sendiri di pasar,” kata Bi Atun.
Sore itu, Rani bekerja membantu Bi Atun, tepatnya menemani Bi Atun karena semua pekerjaan sudah dikerjakan sendiri.
“Bi, Rani mau bantu untuk berobat Ibu,” kata Rani yang bingung karena tak melakukan apa-apa.
“Iya, kamu temani bibi saja, cukup tersenyum kepada semua pembeli dan bilang terima kasih,” jawab Bi Atun sambil sibuk membungkus bunga. Rani pun menuruti kata Bi Atun. Ia menyapa setiap orang yang mendekat, tersenyum, dan bilang terima kasih.
Sekitar jam 5, Bi Atun mulai berkemas-kemas pulang. “Nah Ran, kamu pulang duluan saja, sudah sore. Nanti Ibu kamu bingung cari kamu dimana,” kata Bi Atun. “Ini bawa ini untuk berobat Ibu ya. Ini hadiah dari Bibi karena Rani jadi anak baik, kata Bi Atun,” kata Bibi sambil memberikan amplop pada Rani.
Rani pun bergegas pulang sebelum hari gelap. Selain itu, ia tidak ingin membuat Ibu khawatir karena biasanya Rani tidak pernah bermain lewat jam 5 sore. Di tengah jalan Rani membuka amplop titipan Bi Atun. Rani sangat kaget karena di dalamnya ada uang cukup banyak. Rani pikir, ini pasti cukup untuk ke dokter malam ini. Lebih cepat, lebih baik.
“Ran, kamu dari mana saja Ran?” tanya Ibu.
“Ibu sudah mandi?” tanya Rani balik ke Ibu.
“Sudah Ran,” jawab Ibu.
“Nah, ibu tunggu sebentar ya. Rani mandi dulu,” jawab Rani.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR