Hari ini, Ayu terlihat sedih karena saat lomba menari Bali kemarin tidak jadi juara. Ayu rasanya tidak ingin ikut menari lagi. Di kelas pun Ayu jadinya tidak bersemangat.
“Yu, kamu lagi sedih ya?” tanya Komang.
“Iya Mang, kemarin Ayu kalah,” jawab Ayu singkat.
Ibu guru masuk kelas dengan membawa dua pohon. Satunya adala pohon cemara kecil, satunya pohon dari ranting kering yang digabung dengan kawat. Mau apa ya Bu Guru? Semua anak seperti bertanya-tanya.
“Om Swastyastu, selamat pagi anak-anak,” sapa Bu Guru.
“Selamat pagi Bu,” jawab anak-anak.
“Sekarang Ibu bagikan dua kertas untuk satu anak yaah. Satu kertas untuk tulis harapan, satunya lagi untuk tulis hambatan,” begitulah instruksi dari Bu Guru.
Anak-anak begitu asik menulis lalu menggantungkan kertas-kertas di pohon, satu untuk pohon harapan, dan satu untuk pohon hambatan. Setelah menulis, anak-anak segera menggantungkan kertas-kertas itu di kedua pohon.
“Yes! Semuanya sudah menggantungkan kertas? Di kanan ibu adalah pohon harapan, di sebelah kiri Ibu, pohon hambatan,” kata Bu Guru.
“Pohon harapan ini harus kita jaga supaya tetap hidup. Kita siram, kita pupuk, kita rawat sampai besar, setuju?” tanyanya lagi.
“Setujuuuuu….!” jawab semua anak kompak dan ceria.
“Kalau pohon satunya Bu?” tanya seorang anak.
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR