Itu adalah perjalanan yang sangat panjang untuk burung kecil seperti itu! Dia memberanikan dirinya untuk terus terbang. Akhirnya dia sampai di istana, dan dengan kelelahan jatuh di kaki sang Raja dan Ratu, yang sedang menunggu dengan cemas anaknya kembali.
Raja cepat-cepat mengambil burung kecil itu dan meletakkannya di tangan Ratu, agar bisa menghiburnya. Kemudian, ia melihat saputangan bordir merah itu. Hatinya tenang. Ia pun berangkat untuk mencari puteranya.
Dan demikian Pangeran Kecil itu berhasil diselamatkan. Pangeran memberi penghargaan pada teman baiknya. Dia menjuluki burung cokelat kecil itu Ksatria Bunga Mawar. Ia tidak memberi medali untuk kehormatan besar ini, melainkan menghiasi dada burung itu dengan sekuntum bunga mawar berwarna merah tua. Robin tampak indah dengan dadanya yang berkobar seperti warna sinar matahari yang berapi-api.
Burung kecil itu bangga dan terharu mendapat kehormatan itu. Dia membantu pangeran dengan maksud yang tulus. Bukan untuk mendapatkan kehormatan itu.
Burung itu adalah burung robin berdada merah. Sebagai tanda terima kasihnya kepada burung itu, sang Raja menjadikannya teman sejati masyarakat kerajaannya.
Ratu juga ingin melindungi seluruh burung robin dari dinginnya cuaca musim salju. Di musim dingin, memang banyak burung robin yang mati kedinginan. Karena itu, Ratu memerintah rakyatnya untuk selalu membantu burung robin berdada merah.
Itulah sebabnya, setiap kali musim dingin tiba, si robin burung kecil berdada merah biasa datang ke rumah-rumah, dan akan mengetuk dengan berani jendela rumah manusia untuk meminta makanan. Dengan cara itulah burung-burung robin bisa bertahan sampai musim semi berikutnya.
Sampai hari ini, perjanjian antara manusia dan burung robin tersebut tidak pernah terputus. Selama berabad-abad, burung robin telah mengerti bahwa dia tidak perlu takut pada Manusia. Inilah puisi yang dibuat Pangeran Kecil untuk burung robin.
Si kecil robin berdada merah
kau menyalakan hari-hari kami yang membosankan
Kami akan terus melindungi kau.
Dengan cara ini, kau akan bertahan,
dan musim berganti untuk memberi kami
kesenangan yang lebih besar lagi.
Kau akan selalu menjadi percikan merah
di kehidupan musim dingin putih kami.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR