Mereka hanyut dalam angin pantai yang berhembus lembut saat itu. Teman-teman Bapak lewat di depan mereka.
“Oh ini Uta! Bapak kau sering cerita tentang kau, alasan ia bekerja lebih keras,” kata orang itu.
“Dari cuci kapal, bongkar muat, ah banyak yang dikerjakan lagi, demi kau sukses,” kata orang lainnya.
“Kau harus sukses, ya,” kata orang-orang itu bergantian.
Bapak merangkul Uta. Semakin lama, semakin erat. “Bapak tahu kau pasti jadi anak sukses,” kata Bapak.
“Jangan beban, kau lakukan yang terbaik saja,” kata Bapak sambil memeluk Uta.
----
Uta terbangun dengan badan berkeringat. Haaah, matanya pun basah. Ia ternyata menangis dalam mimpinya.
“Bapak memang tak pernah menyerah,” kata Uta. Ia segera menatap fotonya, Ibu, dan Bapak yang ia letakkan di atas meja belajar. Pusingnya sudah hilang. Besok ia bisa bersekolah.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR