Coco de mer masih satu keluarga dengan kelapa. Tapi, kelapa ini super langka. Selain itu, ukurannya juga super besar, jika dibandingkan dengan keluarga kelapa lainnya.
Tanaman di Dasar Laut
Dulu, kelapa raksasa ini banyak ditemukan penduduk Pulau Maladewa di tepi pantai. Namun, tak satu pun pohon kelapa di Pulau Maladewa berbuah seperti coco de mer. Karena hal itu, para penduduk pun percaya, bahwa coco de mer berasal dari tanaman yang ada di dasar laut. Mitos itu mereka percaya selama berabad-abad, lo!
Pada abad ke-16, pelaut Perancis menemukan sebuah tempat yang ditumbuhi pohon coco de mer. Tempat itu bernama Pulau Seychelles (pulau kecil yang berada di sebelah barat Laut Maladewa). Buah coco de mer dari pulau ini sering hanyut dan terdampar di Pulau Maladewa. Jadi, buah coco de mer itu tidak berasal dari dasar laut! hihihi....
Super langka
Pohon coco de mer sama seperti pohon kelapa pada umumnya. Nyaris tak ada beda. Saat buahnya muncul, barulah kita bisa membedakan mana coco de mer dan mana kelapa biasa. Pohon coco de mer sangat susah berbuah. Saking susahnya, ada pohon yang hanya berbuah 80 tahun sekali. Karena susah berbuah, buah ini pun jadi super langka.
Bunga jantan dan bunga betina milik coco de mer tumbuh di pohon yang berbeda. Hal inilah yang membuat pohon coco de mer sulit berbuah. Proses penyerbukannya harus dibantu oleh angin atau serangga. O iya, saat ada pohon yang berbuah, buah itu memerlukan waktu 7 tahun untuk matang. Lalu, biji coco de mer memerlukan waktu 2 tahun untuk bertunas.
Karena super langka, tanaman ini pun dimasukkan ke dalam tanaman yang sangat dilindungi di dunia. Untuk menjaga keberadaan tanaman ini, pihak UNESCO pun menjadikan Pulau Seychelles sebuah cagar alam. Semoga tindakan UNESCO bisa menjaga keberadaan pohon coco de mer yang super langka ini, ya, Teman-teman!
Teks: Rna/Willa, Foto: Creative Commons
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR