Akhirnya, tahun-tahun berlalu, iklim-iklim sulit berhasil dilaluinya. Tiba-tiba didapatinya dirinya mulai berbuah! Maja kecil yang kini sudah besar itu semakin giat menyalurkan makanan ke buahnya. Ia sangat berharap buahnya yang manis akan disukai manusia dan memberi kekuatan kepada mereka untuk menjaga bumi.
Namun, huhuhu… sedihnya… ia mendengar orang-orang menyebutnya Majapahit. Kabarnya karena salah satu prajurit Majapahit memakan buah maja dan bilang kalau rasa buah maja itu pahit! Betapa inginnya ia berteriak kepada mereka bahwa prajurit itu memakan buah maja yang belum masak. Betapa inginnya ia menunjukkan kepada mereka bahwa buahnya manis. Walaupun pahit perjuangannya untuk menumbuhkan buah, tetapi buahnya yang sudah masak beraroma harum dan airnya manis.
Burung kecil sahabatnya menenangkan si buah maja. Dia berjanji akan terbang ke seluruh dunia, memberitakan bahwa biarpun terlanjur dicap pahit, buah maja itu sebetulnya manis. Dan kalau ia mati, keturunannya akan terus mengabarkan berita manisnya buah maja.
Ya, itulah yang diceritakan cucu buyut burung kecil itu kepadaku pada suatu sore. Karena itu kutuliskan cerita ini agar kau tahu cerita perjuangan buah maja. Betapa kuatnya ia, betapa ia tahan pada cuaca, dan betapa perjuangan pahitnya telah berbuah manis.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR